Selasa, 14 Desember 2010

Mengapa Perlu Pembibitan ?

               Kegiatan pembibitan merupakan tindakan kultur teknis dalam upaya mengelola perkecambahan benih agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi bahan tanaman (bibit) sehingga bibit tersebut dapat ditanam di lingkungan terbuka (lapangan) dan dapat tumbuh dengan baik. Pada pembibitan terdapat tiga aspek kegiatan pembibitan agar mendapatkan bibit yang berkualitas yaitu 1) memilih benih unggul, 2) penanaman dan kegiatan perawatan bibit, dan 3) seleksi bibit.
Kegiatan memilih benih unggul merupakan upaya strategis dalam mempersiapkan tanaman jangka panjang. Kegiatan penanaman dan perawatan bibit merupakan upaya penanaman benih yang akan tumbuh menjadi bibit. Tindakan selanjutnya adalah perawatan bibit dari perendaman, pemeraman, persemaian, penanaman di polibag dan transplanting di lapangan. Semua kegiatan tersebut sesuai dengan silvikultur intentif yang standar untuk mendapatkan bibit kelas super yang sebanyak-banyaknya. Sedangkan seleksi  memilih dan memilah bibit yang baik dengan yang buruk sehingga mendapatkan bibit yang sehat dan seragam.
Kegiatan pembibitan biasanya berlaku pada jenis tanaman tertentu, sementara jenis tanaman yang lain bisa dilakukan tanpa dengan proses pembibitan yang cukup lama. Alasan kegiatan penanaman didahului kegiatan pembibitan disebabkan sebagai berikut: 
1.       Sifat-sifat tanaman: 
  • Ukuran benih (biji) relatif sangat kecil sehingga perlu mendapat tindakan yang kondusif melalui proses pembibitan, sebelum benih ditanam di lapangan yang terbuka agar nantinya mampu hidup bersaing  dengan lingkungan sekitarnya.  
  • Daya perkecambahan dan pertumbuhan awal yang sangat rendah atau memerlukan kondisi tertentu, sehingga perlu mendapat perlakuan tertentu (pembibitan) untuk meningkatkan perkecambahan dan daya tumbuhnya agar mampu tumbuh dengan baik di lapangan. 
  • Rentan terhadap cekaman lingkungan pada pertumbuhan awal (perkecambahan), sehingga perlu mendapat perlakuan khusus agar mampu berkembang optimal dan siap ditanam di lapangan.
  • Karakter strugle alam liar yang semakin lemah bagi tanaman yang sudah mengalami pemuliaan (genetic improvement) sehingga tanaman memerlukan perlakuan tertentu agar mampu hidup dengan baik pada kondisi lingkungan yang minimum.
 2.       Cara budidaya:
-        Jarak tanam  yang lebar di bandingkan dengan canopy saat pertumbuhan awal sehingga apabila benih ditanam langsung di lapangan maka benih pertumbuhan awal (muda) akan kerdil atau mati, karena mendapat persaingaan dan tekanan lingkungan yang berat.
-        Sistem budidaya monokultur yang mengakibatkan pada perkecambahan dan pertumbuhan awal tanaman terpapar oleh panas dan kekeringan yang kuat pada lingkungan yang sangat terbuka.
3.       Lingkungan
-        Kondisi tempat tumbuh yang kurang menguntungkan bagi perkecambahan dan pertumbuhan awal tanaman di lapangan terbuka, sehingga memerlukan tindakan tertentu pada saat tanaman lemah dan selanjutnya tanaman akan kuat dapat tumbuh secara mandiri.
-        Iklim atau cuaca yang kurang mendukung pada perkecambahan dan pertumbuhan awal tanaman, karena pada saat itu tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang cukup air, kontinyu  dan tidak mengalami  kekeringan pada titik kritisnya.
-        Kondisi lingkungan yang heterogen di lapangan terbuka, sehingga mengakibatkan benih tidak dapat tumbuh seragam dan vigor pada pertumbuhan awal.
Sasaran utama pembibitan adalah menyediakan bahan tanaman (bibit) yang bermutu baik dengan biaya yang wajar, sehingga dapat mendukung program penanaman yang tepat di lapangan. Oleh karena itu pembibitan sebenarnya kegiatan yang strategis pada tahap awal penanaman sengon secara luas.
Bahan tanaman sengon yang akan ditanam berasal dari bibit yang telah dikelola dengan kultur teknis baku, sehingga bibit tersebut siap ditanam di lapangan dengan resiko potensi kematian seminimal mungkin. Bibit tanaman sengon dapat berasal dari pengelolaan: 1) benih/biji, 2) stek, 3) stump, 4)  kultur jaringan, 5) okulasi, dan 6) grafting. Okulasi dan grafting belum ada yang melakukannya secara besar-besaran hal ini disebabkan ada kesulitan biologis dan perbaikan kultur teknis tanaman sengon dan masih dalam pola pengembangan serta perbaikan kutur teknis dan perbaikan genetiknya.
Pembibitan sengon sebagian besar berasal dari benih, sedangkan benih berasal dari biji dalam buah sengon yang telah masak, kemudian mendapat perlakuan dengan teknologi penanganan benih sehingga viabilitas benih tetap tinggi. Viabilitas merupakan potensi kemampuan benih berkecambah setelah penanganan yang optimal sehingga dapat mencerminkan hasil kecambah yang diharapkan pada saat di persemaian.
Kegiatan pembibitan juga akan menentukan kualitas, kuantitas, sebaran waktu, dan volume kegiatan pada tahapan proses kegiatan penanaman dan pasca penanaman (perawatan) di lapangan. Mutu bibit yang baik akan mendukung maksimal dalam proses-proses kelanjutan manajemen tanaman serta kualitas dan produktivitas (hasil) tanaman.  Jumlah bibit yang akan ditanam pada suatu waktu akan menentukan jumlah transportasi, volume penanaman bibit, kegiatan pemupukan, perawatan dan kegiatan terkait lainnya di lapangan.
Dalam membangun pembibitan perlu dilakukan dengan tahapan yang sesuai dan sinergi dengan rencana penanaman, pembukaan lahan (land clearing), jadual tanam, dan musim tanam (iklim) dan kegiatan lainnya di lapangan. Pembukaan pembibitan biasanya berdasarkan pada rencana penanaman dan jadual waktu tanam pada setiap musim tanam.
Pada daerah yang memiliki sebaran musim hujan sepanjang tahun atau hari hujan merata dalam setiap bulan, maka pola penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun atau sepanjang bulan dalam setahun. Namun apabila pola hujan cukup tegas antara musim kemarau dengan hujan atau sebaran hujan tidak merata sepanjang tahun (bulan), maka sebaiknya penanaman dilakukan pada periode musim hujan, kecuali tersedia air irigasi yang cukup pada musim kemarau. 
Kesuksesan dalam manajemen pembibitan sengon akan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu perencanaan yang baik yang dapat diselaraskan dengan rencana program penanaman di lapangan, dapat melakukan organisasi pelaksanaan pembibitan yang efektive, dapat memotivasi pelaksanaan kegiatan pembibitan yang maksimal, dapat melakukan pengawasan dan evaluasi kegiatan pembibitan di lapangan sesuai dengan keunggulan lokal. Dengan demikian maka kesuksesan manajemen pembibitan merupakan titik awal dari kesuksesan manajemen penanaman dan manajemen perusahaan HTI/kehutanan selanjutnya.











Minggu, 12 Desember 2010

Lahan Saya Mau Diapakan Yah?

Apabila anda mempunyi lahan dan belum memahami bisnis atau kegunaan lahan untuk pertanian maka hampir dipastikan anda akan bingung dalam menentukan lahan tersebut agar memiliki daya guna yang maksimal.

Yang harus diperhatikan terhadap lahan anda adalah memahami ciri-ciri lahan tersebut yaitu aspek legal, fisik, dan zoning.

Aspek Legal Lahan

- Apakah lahan anda sudah sertifikat atau masih akte jual beli atau girik atau bentuk surat lainnya.
- Jenis sertifikat: HM, HGU, HGB, dan Konsesi Hutan dsb

Aspek Fisik Lahan:
- Luas lahan
- Sifat fisik tanah: fisika, kimia, dan biologi
- Iklim: curah hujan, kelembaban udara, suhu, sinar matahari


Aspek Zoning Lahan:
- Pemukiman
- Industri
- Perkantoran
- Pertanian budidaya
- Perkebunan
- Kehutanan


Luas lahan
Apabila lahan anda luas lebih dari 5 ha maka sertifikatnya dalam bentuk HGU atau HGB, namun apabila lahan anda kurang dari 5 ha maka sertifikatnya dalam bentuk HM.

Sifat fisik tanah

1. Fisika:
    - Topografi: datar, landai, bergelombang, curam
    - Tekstur tanah: komposisi fraksi tanah yaitu lempung, debu dan pasir
    - Struktur tanah: remah, keras, gumpal dsb
    - Porositas tanah: sangat porus, porus, kedap dan sangat kedap
    - Solum/ketebalan tanah: dangkal, sedang dan dalam

2. Kimia   
    - Derajat keasaman tanah (pH), tanah netral 6 - 7
    - Kapasitas Tukar Kation (KTK)
    - Kandungan bahan organik: tinggi, sedang atau rendah
    - Kandungan logam berat

3. Biologi tanah
    - Keragaman jasad penghuni dalam tanah: cacing, serangga, dsb
    - Keragaman jasad penghuni atas tanah: hewan dan tumbuhan

Iklim

1. Curah hujan (mm/tahun)
  •     < 1000
  •     1000 - 1500
  •     1500 - 2000
  •     2000 - 2500
  •     > 2500
2. Sinar matahari
    Hampir sama di wilayah Indonesia

3. Suhu udara
    - Semakin tinggi tempat, maka akan semakin rendah suhu lingkungan
    - Setiap kenaikan 100 m, maka suhu akan turun 1 derajat Celcius

4. Kelembaban udara

Apabila kondisi lahan anda:

Lahan kelas I
- Lahan datar - landai, solum dalam, jenis tanah latosol, curah hujan 2000 - 2500 atau lebih mm/th, zoning pertanian,  luas > 5 Ha, elevasi < 500 m dpl  dan terdapat irigasi teknis
- Cocok untuk tanaman: semusim (padi, kacang, jagung, bawang merah, cabai, dsb), sayuran dan tanaman hortikultura/buah.
- Pemilihan jenis tanaman yang prospek pasar baik dan menguasai teknologi budidayanya.

Lahan kelas II
- Lahan landai - bergelombang, solum sedang, jenis tanah PMK, curah hujan < 2000, zoning perkebunan dan   kehutanan, luas > 5 Ha, elevasi 500 - 1000 m dpl.
- Cocok untuk tanaman hotikultura, perkebunan dan kehutanan seperti strawbery, bunga, pete, durian, nangka, sengon, jabon, mahoni, suren, kopi, kakao dsb
- cocok untuk vila apabila zoning untuk wisata

Lahan kelas III
- Lahan  bergelombang, solum sedang, jenis tanah PMK, curah hujan < 2000, zoning kehutanan-perkebunan, luas > 5 Ha, elevasi > 1000 m dpl
- Lahan cocok untuk tanaman kehutanan: sengon, pete, suren, durian dan kopi

- Vila apabila zoning wisata

Lahan non kelas
- Lahan curam, solum dangkal, jenis PMK, curah hujan 2000, zoning kehutanan, luas > 5 ha, elevasi > 1000 m dpl
- Cocok untuk tanaman kehutanan/daerah tangkapan hujan/hutan lindung: sengon, suren, kopi

Bagi anda yang bukan orang pertanian/kehutanan disarankan banyak membaca informasi tentang tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan. Trims