Kamis, 13 Oktober 2011

Pembibitan Sengon Yang Efektif dan Efisien

Pohon sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) atau yang dikenal Albizia merupakan pohon yang memiliki banyak keunggulan, sehingga pohon ini telah tercatat dalam Guinnes Book Of Records sebagai pohon yang memiliki pertumbuhan tercepat di dunia dan sering disebut sebagai pohon ajaib.


Saat ini pohon sengon telah menjadi primadona bagi para petani dan pengusaha sehingga pohon ini telah banyak dibudidayakan baik skala kecil, menengah hingga skala luas (perusahaan). Karena sengon memiliki banyak kelebihan inilah membuat pohon sengon semakin banyak diminati dan memiliki prospek pasar yang semakin baik di masa yang akan datang.

Pembibtan sengon merupakan kegiatan utama dan pertama pada budi daya tanaman kehutanan di lapangan. Kesalahan pembibitan di lapangan akan berdampak jangka panjang dan dapat merugikan secara ekonomi yang cukup besar. Oleh karena itu memerlukan penanganan pembibitan yang cerdas sehingga pembibitan sengon dapat berjalan efektif, efisien dan sangat menguntungkan secara ekonomi. Untuk membahas lebih jauh tentang pembibitan. Kami mempersilahkan Anda membaca "BUKU CARA CERDAS PEMBIBITAN SENGON" yang telah dibuat oleh pemilik blok ini. Buku  tersebut telah diterbitkan oleh Penerbit Kanisius Yogyakarta dan  Anda  dapat memperoleh di toko-toko buku di seluruh Indonesia.

Kelebihan-kelebihan buku tersebut adalah:

  • Buku berisikan dari hasil pengalaman/praktek terbaik penulis selama lebih dari 15 tahun menggeluti tanaman (sengon) yang disajikan secara sistematis, detail dan mudah dipahami.
  • Membahas tahapan pembibitan  sengon dari cara pemilihan benih yang baik (unggul), persemaian, pemeliharaan, seleksi bibit dan pemindahan (transplanting) ke lapangan.
  • Menjelaskan bagaimana menghitung kebutuhan benih, jarak tanam, kebutuhan polibag, air siram, media tanah polibag, plastik polibag dan standar kelas bibit yang dihasilkannya.
  • Menjelaskan bagaimana lokasi pembibitan yang ideal, desain bedengan, persemaian,  dan teknik penyiraman yang efektif dan efisien sehingga sangat menguntungkan  secara ekonomi bagi para  pelaku pembibitan sengon.
  • Para pembeli buku juga akan mendapatkan GRATIS KONSULTASI LANGSUNG DARI PENGARANG BUKU via telepon, sms, atau email dan bila memungkinkan dapat ketemu langsung dengan Pengarang buku tersebut agar lebih jelas dan lebih paham.
  • Para pembeli kolektif > 50 buku dari unsur-unsur Yayasan Keagamaan, Kelompok Tani, Perguruan Tinggi, Perusahaan, dan Organisasi sosial lainnya akan mendapatkan GRATIS PELATIHAN/TRAINING langsung dari Pengarang Buku ini. Hubungi Pengarang Buku ini secara langsung di HP: 081384608800.
Selamat membaca !

Senin, 12 September 2011

BAGAIMANA RESEP MENANAM SENGON BISA PANEN UMUR 2,5 TAHUN ?

Gambar 1. Sengon berumur 2.5 tahun

Kepada pembaca yang budiman, pada kesempatan ini saya akan membagikan ilmu kepada Anda tentang topik "Bagaimana Resep Tanam Sengon 2,5 Tahun Bisa Dipanen?". Bagi anda yang berprofesi dari latar belakang mana saja mungkin belum percaya, atau masih ragu atau bisa juga langsung percaya. Informasi yang akan disampaikan ini tentunya bukan dari khayalan, atau bukan dari studi pustaka, atau bukan dari omongan orang atau bukan dari sumber lainnya, namun berdasarkan pengalaman pribadi mengelola sengon di Jawa timur hingga 150 ha, dan pada saat tulisan ini pertama dibuat dan ditayangkan masih dalam proses pemanenan. Kalau Anda ingin membuktikannya, bimibingan dan melihatnya secara langsung, silahkan menghubungi saya sebagai pembuat blog ini (gambar 1. sengon berumur 2,5 tahun).

Resep ini tentunya hasil dari pengalaman kami mengelola sengon yang dilakukan dengan kreatif, inovatif, inspiratif dan kajian serta pengamatan mendalam dilapangan, sehingga dengan 2,5 tahun sengon yang kami kelola dapat dipanen dan telah laku dijual.

Nah bagaimana resep mengelola sengon yang kami lakukan?

Sebelum kami memberikan informasi lebih jauh, kami akan memberikan sedikit dasar teori tentang produksi tanaman. Tentunya dasar teori sebenarnya merupakan hasil dari pengamatan dan dikaji secara mendalam dari suatu pengalaman yang berhubungan dengan pengelolaan tanaman, kemudian disusun secara sistematis dan telah teruji secara empirik dalam kasanah keilmuan yang obyektif.

Produksi tanaman (P) akan dipengaruhi oleh Genetik (G), Lingkungan (E) dan Manajemen (M). Maka produksi tanaman dapat dirumuskan dengan sederhana adalah:

P = G + E + M

Artinya apa, bahwa produksi merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan mahluk hidup (bahan tanaman), lingkungan alam dan manusia yang mengelola keduanya. Dalam mengelola produksi tanaman tentunya harus memahami karakteristik semua faktor-faktor yang mendukung produksi dan semua faktor-faktor yang menghambat produksi tanaman. Perlu diketahui juga bahwa faktor-faktor pendukung dan penghambat tidak mudah dikelolanya, namun ada sebagian yang dapat dikelola dengan mudah, dikelola dengan sangat sulit dan bahkan tidak dapat dikelola namun hanya bisa diprediksi dan dihindarinya.

Faktor-faktor yang mudah dikelolanya antara lain:
  • Bahan tanaman (bibit)
  • Pengolahan tanah
  • Persiapan dan penanaman
  • Pemupukan
  • Perawatan lainnya
  • Manajemen (sistem, organisasi & SDM)
  • Alat dan bahan produksi (pestisida, pupuk, dan lainnya)

Faktor-faktor yang sulit dan bahkan tidak dapat dikelola dengan baik antara lain:

  • Hama dan penyakit terutama penyakit rebah semai, busuk akar & karat tumor
  • Iklim yang ekstrim (curah hujan, angin, kelembaban, dan intensitas matahari
  • Topografi (lanskap) ekstrim

Nah inilah gambaran ringkas tentang produksi tanaman yang anda harus petakan secara cermat dan cerdas sehingga setiap kegiatan produksi (lapangan) efek positifnya kepada produksi akan maksimal baik jumlah dan kualitasnya.


Sekarang bagaimana cara kita mengelola sengon sehingga dalam 2,5 tahun dapat dipanen dan mendapatkan income yang maksimal. Hal ini tentunya tidak mudah dilaksanakannya namun membutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi yaitu:

  • Penanam/manajemen harus cerdas, cermat, inovatif, kreatif, ulet serta memahami secara utuh tentang mengelola sengon serta memahmi karakteristik faktor-faktor produksi tanaman.

  • Lahan yang akan kita kelola sangat matching (sesuai) dengan kebutuhan optimal tanaman sengon.

  • Iklim (curah hujan, intensitas sinar matahari/cahaya, angin, kelembaban, dan suhu udara) akan mendukung optimal bagi pertumbuhan tanaman sengon.

  • Lingkungan alam lainnya dan sosial mendukung optimal terhadap produksi tanaman. Artinya rendahnya sumber hama dan penyakit tanaman, dan tersedianya tenaga kerja yang terampil dan jujur dan rendahnya penyakit sosial seperti keamanan dan potensi pengrusakan lainnya.

Terus bagaimana tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar sengon cepat panen? Hal-hal yang perlu Anda lakukan adalah:

1. Memilih tanah/lahan yang optimal.

Memilih tanah/lahan yang optimal dilakukan dengan cermat yaitu dari aspek zoning (peruntukan lahan), kesesuaian aspek biofisik yang paling optimal bagi pertumbuhan tanaman sengon, aspek askses atau jalan kelolaksi serta keamanan lingkungan.

2. Mendapatkan bahan tanaman atau benih/bibit unggul

Bahan tanaman (bibit unggul) memerlukan perhatian yang cermat yaitu bahan tanaman harus dari benih yang unggul: potensi produksi tinggi, tahan kekeringan, tahan genangan, tahan hama dan penyakit, tahan pH ekstrim dan salinitas (kadar garam). Anda harus bisa memastikan untuk mendapatkan benih atau bibit yang unggul dengan baik.

3. Menetapkan jarak tanam yang optimal

Jarak tanam merupakan gambaran kepadatan polulasi atau jumlah tegakan pohon per satuan luas (hektar). Dalam menetapkan jarak tanam tentunya tidak serampangan namun berlandaskan kepada performa/potensi keragaan tajuk tanaman, tingkat kesuburan tanahnya,desain/pola tanam, desain manajemen panen atau sistem panen yang akan direncanakan di masa yang kan datang serta optimasi tebang pilih. Anda dapat membaca artikel tentang jarak tanam di blog ini

4. Melakukan persiapan tanam yang baik

Persiapan tanam merupakan kegiatan untuk mendukung proses penanaman dan pertumbuhan pasca tanam sehingga didapatkan proses tanam yang efektif dan efisien, sulam yang rendah, konsolidasi pasca tanam yang ringan dan pertumbuhan awal sengon maksimal (subur). Persiapan tanam dapat dilakukan dengan berbagai cara dan tujuan yang akan ditetapkan, namun muaranya kegiatan ini mengantarkan proses tanam dan pasca tanam yang terbaik hasilnya dan biaya yang wajar (tidak boros).

Persiapan tanam meliputi kegiatan-kegiatan: pembangunan akses jalan & jembatan, pembuatan saluran irigasi, drainase & rorak, pengolahan tanah, pemancangan, pembuatan lubang, penaburan pestisida & pupuk dasar. Semua kegiatan ini harus kulaitas dan jumlahnya standar sesuai target waktu yang direncanakan sesuai musim tanam.

5. Melakukan penanaman yang optimal

Penanaman yang optimal sasarannya adalah jumlah tanaman yang mati sangat rendah, tanaman tegak berdiri pasca tanam, tanaman tumbuh subur, dan biaya efisien. Rendahnya tanaman yang mati dan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam merupakan indikator keberhasilan kegiatan persiapan tanam dan kegiatan penanaman.

6. Melakukan perawatan tanaman yang terbaik

Perawatan tanaman merupakan kegiatan mengelola lingkungan pertanaman sengon sehingga perlakuan tersebut memberi efek positif yang maksimal bagi pertumbuhan tanaman yang subur dan seragam. Kegiatan-kegiatan perawatan adalah: konsolidasi, penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan, perawatan irigasi & drainase, rorak, akses jalan & jembatan, pruning, pengamatan HPT & sensus, pengendalian HPT, dan kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut harus sinergis, sinkron dan saling mendukung sehingga efeknya positif terhadap tanaman dan biaya efisien sesuai target waktu yang direncanakan. Indikator keberhasilan perawatan tanaman sengon dapat tumbuh subur, tegakan jumlahnya maksimal dengan tingkat kematian yang sangat rendah, dan perkembangan diameter batang maksimal dan seragam setta kualitas maksimal sesuai permintaan pasar.


(maaf bersambung yah...)



Rabu, 07 September 2011

HILANGNYA LAHAN PERTANIAN SUBUR: Tidak Makan atau Tidur Tidak Nyenyak...?

Manusia semakin tumbuh dan berkembang baik jumlah dan kualitas hidupnya. Jumlah manusia yang semakin bertambah dipermukaan kulit bumi ini, konsekuensinya membutuhkan jumlah hunian yang semakin bertambah pula. Begitu juga ragam kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan lingkungan yang sehat di sekitar huniannya.

Permukaan kulit bumi relatif konstan, sementara kebutuhan akan ruang hunian akan semakin bertambah sesuai pertumbuhan populasi manusia. Demand (permintaan) ruang kulit bumi yang semakin bertambah sementara supply (permintaan) kulit bumi yang tetap (konstan), sehingga efeknya tanah semakin mahal dari waktu-kewaktu.Konsekuensinya pasti ada pergeseran fungsi lahan dari lahan hutan berubah menjadi lahan pertanian/perkebunan, berubah menjadi lahan pemukiman, industri maupun pertokoan/perkantoran.

Pergeseran tersebut telah, sedang dan akan terjadi hampir di seluruh belahan dunia termasuk lahan pertanian di Indonesia. Bahkan menurut beberapa sumber perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, industri dan perkantoran di Pulau Jawa dengan laju 40.000 ha per tahun. Ini berarti seandainya tidak ada kesadaran manusia untuk mengelola lingkungannya hampir dipastikan Pulau Jawa akan tertanam megalitikum atau kembali jaman batu atau beton cor.

Pulau jawa yang konon dikenal dengan kesuburannya sehingga sebagai sumber penghasil utama hasil pertanian di Kepulauan Nusantara seperti padi (beras, gula dan komoditi lainnya) hampir dipastikan akan mengalami ketidak seimbangan antara daya dukung lahan dan kebutuhannya.

Jakarta contohnya merupakan area yang paling subur di Wilayah Jawa bagian Barat. Bahkan saking suburnya pada beberapa wilayah Jakarta nama komoditi hasil pertanian yang paling banyak dihasilkan tanaman pada daerah itu diabadikan sebagai nama tempat atau wilayah di daerah itu, seperti kebon kacang, pondok cabe, pondok kopi, pondok kelapa, pasar rumput,kebon pala, pondok bambu dan sebagianya. Namun daerah-daerah tersebut sebagai penghasil komoditas pertanian utama hanyalah tinggal kenangan saja, yang ada adalah tanaman batu/beton cor berupa gedung-gedung pencakar langit. Apa mungkin manusia bisa mengembalikan seperti semula...? Omong kosong!

Dalam ilmu tanah untuk pertanian diketahui bahwa proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh: batuan induk, iklim, mahluk hidup dan waktu. Interaksi unsur-unsur tersebut berproses sangat rumit dan berlangsung ribuan tahun yang lalu sehingga membentuk lapisan tanah yang sangat subur seperti tanah-tanah pertanian di Jawa sekarang ini. Proses yang panjang dan rumit tersebut menghasilkan tanah yang subur dan merupakan anugerah dari Allah SWT sebagai karunia untuk manusia dan sebagi nikmat yang harus disyukuri.

Mengingat pembentukan lapisan tanah pertanian dipengaruhi oleh unsur-unsur pembentukan yang kompleks, berbeda dan dalam jangka yang sangat lama, maka hampir dipastikan permukaan kulit bumi memiliki tingkat kesuburan untuk tanaman yang sangat berbeda-beda pula. Keberagaman ini merupakan karunia dan oleh orang sekarang sering dinamakan keunggulan komparatif yaitu keunggulan suatu wilayah yang tak ada duanya dipermukaan kulit bumi lainnya.

Namun sayangnya keunggulan komparatif tersebut yang diberikan oleh Allah SWT telah disia-siakan oleh sebagian umat manusia, khususnya para orang yang memiliki paham duitisme. Lahan-lahan pertanian yang subur dan tidak mungkin tergantikannya di lahap habis untuk hunian dan perkantoran atau industri. Bukankah setiap komoditas/ tanaman memiliki relung atau wilayah tertentu dipermukaan kulit bumi ini, sehingga keberadaannya tidak mungkin dapat dihasilkan sebaik dari daerah lain?

Contohnya kasus tembakau Deli yang konon tembakau ini kualitasnya tidak akan tergantikan apabila dihasilkan dari daerah lain selain wilayah antara sungai Wangfe-Sungai Ular Deli Serdang(Sumatera Utara). Tembakau ini dicoba di Klaten, Jawa Tengah oleh seorang Profesor dari IPB dengan konsep Tembakau Bawah Naungan (TBN) dengan memodifikasi unsur-unsur yang mempengaruhi pertumbuhan (proses fisiologis) tanaman tembakau. Namun ternyata kualitas yang dihasilkannya terutama aroma & rasa tidak akan sebagus yang dihasilkan dari wilayah Deli Serdang Sumatera Utara itu. Namun sekarang wilayah lumbung tembakau Deli telah tergerus hampir habis oleh pengembangan kota menjadi pemukiman dan kawasan industri dsb.

Contoh lain misalnya bawang merah hasil yang terbaik dengan cita rasa aroma rawa bawang goreng yang lezat hanya dihasilkan dari wilayah Brebes, Jawa Tengah. Konon berkat adanya angin kumbang pada musim kemarau sehingga potensi produksi dan kualitas bawang merah semakin meningkat. Begitu pula seperti Salak Pondoh dari Sleman, Yogyakarta, Kopi dari Lampung, Aceh,Sidikalang. Padi jawa, rajalele, ciherang dan sebagainya. Begitu juga rambutan, durian dan sebagainya.

Bukankan itu menandakan bahwa kita tidak seenaknya sendiri merubah keunggulan komparatif tersebut. keunggulan komparatif bagi suatu tanaman terbentuk karena faktor jenis tanah, posisi geografis, topografis lanskap dan iklim yang kesemuanya tidak serta mudah membuatnya.

Oleh karena itu pemetaan komoditas berdasarkan keungulan komparatif wilayah perlu diatur sesuai klaster wilayah dan penggunaan lahan sehingga lahan-lahan subur sebagai sumber kehidupam manusia itu sendiri tidak terberangus habis oleh para pengembang perumahan atau kawasan industri dan perkotaan.

Pengembangan wilayah pemukiman, industri dan perkotaan diarahkan ke wilayah marginal yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan tidak memiliki nilai komoditas pertanian. Pengembangan kota-kota satelit dengan desain mozaik merupakan salah satu alternatif sebagai upaya melindungi lahan-lahan yang memiliki keunggulan komparatif dan subur sebagai penghasil tanaman bagi sumber kehidupan manusia yang tidak tergantikannya.

Selasa, 19 Juli 2011

JABON ATAU SENGON YAH....?

Sejak kayu dari hutan alam semakin menipis dan hampir dipastikan akan habis, satu-satunya alternative untuk mendapatkan kayu tersebut berasal dari kayu hasil budidaya oleh masyarakat. sejak itu berbagai muncul informasi yang menggiurkan tentang bagaimana membudidayakan tanaman tahunan yang berupa kayu itu.

Mungkin kita ingat tentang informasi yang cukup heboh di masa-masa yang lalu seperti bisnis jangkrik, bisnis cacing, bertanam jati, bertanam jarak pagar (jatropha), bertanam sengon (albizia), dan bisnis-bisnis lainnya. Para pakar, peneliti, pengambil keputusan, pedagang, pembeli kayu dan pihak-pihak yang berkepentingan banyak yang membicarakan tentang hal itu. Eforia telah terjadi pada masanya masing-masing.

Kita ingat, pada tahun 1999-an kita juga dihebohkan dengan menanam jati.Kayu jati yang terkenal dengan kekuatan dan dekorasinya serta seratnya yang halus sehingga kayu ini telah menjadi kayu yang dianggap paling unggul dan bernilai tinggi. Namun untuk mendapatkan kayu ini setidaknya kita harus menunggu minimal sepertiga (20 tahun) dari umur kita agar dapat menikmati kayu dari pohon ini.

Pohon jati telah menjadi berita heboh yang sangat menarik dan cukup ramai dibicarakan pada saat itu. Pohon jati dengan berbagai kultivar yang oleh para penemu atau orang yang berkepentingan menggunggulkan pohon ini. Ada yang menggunggullkan jati super, jati emas, jati intan, jati bangkok, jati putih dan sebagainya. Walaupun sekarang katanya telah ditemukan kultivar baru pohon jati yang katanya dapat dipanen sekitar 15 tahun, namun arahnya bagaimana mendapatkan kayu yang bermutu dengan waktu yang relative singkat yaitu pertumbuhannya cepat besar dan cepat dipanen dengan tidak menunggu lama-lama. Eforia jati sekarang telah teggelam dan padam, entah kapan bangkit lagi beritanya.

Pada tahun 2006-an dihebohkan dengan berita penanaman jarak pagar (jatropa)sebagai tanaman penghasil biofuel (bahan bakar nabati/biosolar). Tanaman ini yang terbengkalaikan sebelumnya dan hanya digunakan oleh masyarakat pedesaan sebagai tanaman pembatas pekarangannya dan sempat pada jaman penjajahan Jepang (1942-an) sebagai sebagai sumber pelumas alat-alat perang jepang, tiba-tiba mencuat namanya sebagai sumber bahan bakar yang menjanjikan sebagai penganganti minyak bumi yang hampir dipastikan akan habis.

Tanaman jarak yang dianggap paling tahan terhadap cekaman lingkungan di tanah marginal (miskin)dan sumber daya yang dapat diperbaharui, membuat orang terkesima dan berbondong-bondong untuk menanam pohon jarak ini. Eforia telah terjadi pada saat itu. Bagaimana beritanya sekarang tentang jarak pagar? coba anda tengok sendiri dan buktikan di lapangan atau sekitar anda.

Pada tahun 2008-an demam berita sengon (albizia) mewabah di kalangan masyarakat penggila kayu dan petani sengon. Berita sengon yang dianggap pohon ajaib dan diklaim pohon yang memiliki banyak keunggulan dan dianggap pohon yang telah memiliki pertumbuhan tercepat di dunia, telah diburu beritanya tentang pohon sengon yang sebenarnya mulai dari karakteristik pohon ini, cara budidaya, prospek bisnis dan penjualannya. Berita sengon sekarang sudah mulai padam, bagaikan lampu minyak yang kehabisan bahan bakarnya, sehingga redup lagi.

Sekarang dihebohkan kembali dengan pohon yang bernama jabon. Pohon ini sebenarnya telah lama dikenal dengan baik bagi penggemar perkayuan. Beberapa referensi tahun 1970-an kayu ini telah dibahas dan diketahui banyak tentang ciri-ciri kayu ini. Namun masyarakat katanya belum “ngeh” keberadaan kayu ini untuk kehidupan mereka.

Pihak-pihak yang berkepentingan dari efek heboh atau menghebohkan sesuatu untuk mengambil kepentingan/keuntungan telah meredam heboh sebleumnya dengan membuat heboh baru yang menggiurkan. Berita kayu jabon sekarang ini seolah-olah telah menenggelamkan berita heboh sengon yang sebelumya telah hadir dan masyarakat penggemar kayu telah merasakan pahit dan manisnya kayu sengon. Mereka membanding-bandingkan kelebihan dan kekurangan antara kayu jabon dengan kayu sengon.

Yang terpenting bagi anda yang belum paham dan pernah berkecimpung dengan dunia tanaman harus dicermati dengan cerdas!

Kalau dilihat dari sistematika klasifikasi tumbuhan dalam botani, kedua jenis tumbuhan ini (jabon & sengon) berbeda jauh hubungan kekerabatannya, sehingga hampir dipastikan tanaman ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal kenampakan/ kergaan fisik pohon, respon tanaman terhadap lingkungan, sifat fisik kayu dan sifat fisiologis pohon. Perbedaan-perbedaan ini tentunya tidak bisa dibandingkan secara mutlak antar keduanya.

Hal yang menarik perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:

Jabon

1 Klasifikasi Botani
• Kelompok tanaman penghasil bioaktif
• Kerabat dekat: kopi, mengkudu, soka, dan gambir

2. Lingkungan Tumbuh
• Menghendaki tanah yang lembab.
• Lebih terkonsentrasi pada tanah yang banyak air seperti tepi sungai
• Menempati optimal daerah 15 - 500 m dpl

3. Keragaan Pohon
• Daun lebar dan tajuk berat sehingga sulit ditumpangsarikan dengan tanaman lain
• Bentuk tajuk cenderung oval dan tidak beraturan
• Cabang samping banyak dan tetap mengecil
• Batang utama tetap kuat
• Kulit kayu tebal
• Tahan terhadap cekaman air belebih/tergenang
• Tidak tahan terhadap kekeringan
• Tidak dapat menyuburkan tanah
• Rakus air karena tajuk lebar & berat
• Tahan terhadap goncangan fisik
• Mudah dikembangbiakan dengan stek pucuk
• Persemaian/perkecambahan benih sangat sulit karena ukuran sangat kecil
• Biji bersifat rekalsitran (cepat menurun viabilitas benih)

4. Sifat Kayu
• Berat jenis kayu 300 – 550 kg/m3
• Kelas kuat III - IV
• Kelas awet V


Sengon

1. Klasifikasi Botani
• Kelompok legume (polong-polongan)
• Kerabat dekatnya putri malu, lamtoro, petai gunung, jengkol, kembang merak, trembesi, akasia dsb

2. Lingkungan Tumbuh
• Tanah yang sarang dan agak kering
• Lebih terkonsentrasi pada tanah kandungan air cukup tapi agak kering/atus seperti lereng-lereng bukit
• Menempati optimal daerah 50 – 1000 m dpl

3. Keragaan Pohon
• Daun kecil dan tajuk ringan sehingga mudah ditumpangsarikan dengan tanaman lain
• Bentuk tajuk perisai
• Cabang samping sedikit dan membesar
• Batang utama bisa kalah dengan cabang samping
• Kulit kayu tipis
• Tidak tahan terhadap cekaman air tergenang
• Tahan terhadap kekeringan
• Dapat menyuburkan tanah karena bersimbiosis dengan rizobium penambat nitrogen
• Efisiensi air karena tajuk kecil & ringan
• Tidak tahan terhadap goncangan fisik
• Sangat sulit dikembangkan dengan stek pucuk
• Perkecambahan/persemaian benih sangat mudah karena ukuran sedang
• Biji bersifat dorman (tahan lama viabilitas benih)

4. Sifat Kayu
• Berat jenis kayu 250 – 350 kg/m3
• Kelas kuat IV
• Kelas awet IV

Apabila kita cermati kedua pohon itu maka sebenarnya berbeda dari sananya. Artinya apa tuhan telah menciptakan kedua pohon ini pada relung dan fungsi yang berbeda untuk kepentingan manusia. Dengan demikian maka membandingkan antara pohon jabon dengan sengon akan mengalami kesulitan ibaratnya membandingkan antara JUARA SEORANG PELARI vs JUARA SEORANG PERENANG. Apabila kedua juara tersebut dibandingkan pada lokasi yang sama maka keduanya pasti ada yang kalah karena karakteristik lokasi (lahan) yang dikehendaki berbeda.

Hal ini seperti anda menghendaki antara juara pelari dan juara perenang yang ditandingkan bersama-sama di jalan atau di sungai. Apabila pertandingan disungai hampir dipastikan yang paling cepat adalah perenang, demikian pula apabila ditandingkan di jalan maka yang paling cepat adalah pelari.

Hal yang mesti anda pikirkan adalah lahan anda termasuk tipe seperti jalan atau seperti sungai atau kedua-duanya…..?

Bagaimana 3-5 tahun ke depan apakah ada berita heboh lagi tentang tanaman? jawabnya HAMPIR PASTI ADA!


(maaf bersambung…..)

Minggu, 24 April 2011

ULAT BULU ...........(1)

HEBOH ULAT BULU?

Ulat bulu telah menghiasi berita di media cetak, dan elektronik akhir-akhir ini. Ulat yang konon tidak pernah diperhitungkan sebagai ulat berbahaya dalam menyerang tanaman pada system perlindungan tanaman di Idonesia, tiba-tiba mencuat bagaikan meteor melesat di langit biru sehingga orang terkesima dan bertanya ada apa sih dengan ulat bulu?

Ulat yang ditakuti oleh manusia karena mempunyai racun pada bulunya yang membuat kulit gatal dan bentol-bentol, telah meledak populasinya pertama kali pada pohon mangga di Probolinggo, Jawa Timur, dan sekarang telah menyebar hampir ke seluruh kota/kabupaten di Pulau Jawa, Bali , NTT dan Sumatera.

Ulat bulu telah menghentakan para ahli serangga (entomog) dan ahli proteksi tanaman. Ulat yang tidak dipikirkan populasinya bakal meledak sebelumnya, tiba-tiba ada dalam jumlah sangat banyak di suatu wilayah, bagaikan munculnya laron atau anai-anai di musim hujan. Semua orang pun menjadi heran, mengapa tiba-tiba ulat itu ada? Kejadian ini tentunya memancing banyak tanggapan dari berbagai pihak sesuai dengan latar belakang dan prorfesi mereka.

Berbagai tangapan ada yang pro menyalahkan manusia sendiri akibat tindakannya yang selalu merusak lingkungan, ada pula yang menyalahkan perubahan iklim sehingga mendukung perkembangan ulat bulu, ada lagi karena ulah manusia yang selalu berbuat tidak terpuji atau maksiat, atau ulat bulu adalah kiriman Tuhan sebagai peringatan atas perbuatan manusia yang kurang beradab di muka bumi ini dan berbagai tanggapan lainnya.

Bagi orang awam tentunya ledakan ulat bulu kali ini mungkin tidak masuk akal, karena tiba-tiba ada dalam jumlah sangat banyak dan merayap masuk kerumah-rumah, tempat ibadah, sekolahan, dan tempat-tempat lainnya yang menjadi hunian manusia.

Mereka merasa ketakutan dengan kedatangan ulat bulu di rumah-rumah dan fasilitas umum karena ulat bulu membuat gatal dan bentol serta pedih di kulit. Ulat ini juga bentuk dan warnanya menjijikan dan menakutkan bagi yang menjumpainya.

Rasa takut terhadap ulat bulu sebenarnya dapat menguntungkan bagi ulat itu dan juga bisa membahayakannya.

Hal yang menguntungkan bagi ulat bulu adalah mereka tidak akan berani membunuh ulat atau masuk kawasan pohon-pohon yang berpotensi menjadi tempat hidup (inang) ulat bulu, sehingga pohon-pohon aman tidak dirusaknya. Namun disisi lain ada sebagian orang yang membenci ulat bulu sehingga mereka merasa dendam yang berlebihan (membabi buta), sehingga setiap ada ulat bulu dan ulat yang lain atau kupu-kupu atau pohon tempat hidupnya pasti akan membunuhnya atau merusaknya.

Hal yang mengherankan lagi adalah ternyata ulat bulu yang menyerang tiap daerah jenisnya berbeda-beda dan menyerang pohon yang berbeda-beda pula. Ulat bulu yang menyerang beberapa daerah di Indonesia diketahui dari family Limantriidae dari ordo Lepidoptera atau bangsa ngengat (kupu-kupu).

Pohon yang diserang juga berbeda-beda jenisnya seperti mangga, alpukat, cemara, sono keling, ketepeng, mindi dan semak-semak lainnya. Tempat ledakannya juga sebagian besar tempat-tempat seperti pohon peneduh rumah, pohon peneduh jalan, taman umum, dan semak-semak yang tidak terurus.

Ulat bulu dipandang dari kacamata entomologi (ilmu serangga) tentunya tidak akan datang secara tiba-tiba. Ulat bulu akan datang atau berkembangbiak melalui proses yang cukup panjang. Proses perkembangan ulat bulu diawali dari ngengat (kupu-kupu) yang bertelur di pohon-pohon inangnya. Telur kemudian akan menetas menjadi ulat, selanjutnya ulat akan tumbuh menjadi besar dengan berganti kulit beberapa kali. Setelah ulat sudah besar, maka akan berubah menjadi kepompong, selanjutnya berubah lagi menjadi kupu-kupu dan seterusnya.

Bagi ulat bulu sendiri tentunya mereka tidak berencana menyerang manusia atau hak milik manusia. Meraka adalah sedang menjalankan fitrah kehidupannya di muka bumi ini tanpa memperhatikan hak siapa yang berkuasa di bumi ini. Mereka berkembang menggunakan naluri dan proses biologis dengan interaksi lingkungan. Kemudian apakah ulat bulu yang salah? atau manusianya yang salah?

Mengapa masyarakat, ahli etomolog, PPL, Dinas Pertanian dan lembaga yang terkait sampai tidak tahu sehingga sempat terjadi ledakan ulat bulu yang begitu luar biasa?

(Maaf bersambung....)

Jumat, 18 Februari 2011

PENILAIAN PERTANIAN (PERKEBUNAN)----2

PRODUKSI

Produksi (tanaman) merupakan tujuan antara dalam menciptakan suatu nilai dalam proses agribisnis. Produksi sering dinyatakan dengan satuan berat per satuan luas lahan (Kg, Kwintal atau ton/ha). Jarang digunakan dengan kg/pohon, karena basis hitungan bisnis dalam modal tanah/lahan yang dinyatakan dalam satuan luas (m2 atau Ha)yang akan dinyatakan dalam satuan nilai Rp/ha. Sementara untuk setiap jenis atau kultivar tanaman memiliki tingkat keragaan tanaman berbeda-beda serta setiap lanskap lahan memiliki heterogenitas besar, oleh karena itu populasi persatuan luas hampir dipastikan akan berbeda untuk jenis atau kultivar tertentu yang menmpati ruang dalam lanskap lahan tersebut. Inilah yang harus hati-hati seorang penilai (appraisal)tanaman dalam menentukan suatu basis produksi dalam mengestimasi unsur-unsur penyusun suatu nilai produksi sebagai basis income (pendapatan).

Produktivitas suatu lahan merupakan kemampuan lahan untuk menghasilkan suatu hasil produksi yang dinyatakan dalam berat per satuan luas per satuan waktu (Ton/Ha/tahun). Hal ini penting dicermati karena faktor pembentuk suatu nilai dinyatakan dengan nilai produksi yang disepadankan dalam nilai rupiah. Sementara nilai uang akan dipengaruhi oleh waktu. Oleh karena itu produktivitas suatu lahan yang tinggi apabila nilai produksi yang disetarakan dengan uang dalam jumlah yang tinggi per satuan luas dalam waktu kini(bukan nilai akan datang).

Dalam memandingkan produktivitas suatu lahan antar berbagai jenis tanaman yang beragam umur ekonomisnya, maka yang menjadi basis adalah nilai kekinian (present value), sementara present value akan dipengaruhi oleh discount rate. Sehingga nilai kekinian akan dipengaruhi oleh:

- Nilai produksi terdiri: berat x harga (rupiah/luas)
- Biaya produksi terdiri: investasi dan operasional (rupiah/luas)
- Lama produksi (umur ekonomis) tanaman

Hal perlu diingat kembali adalah umur ekonomis tanaman dan frekuensi produksi tanaman dalam umur ekonomis tanaman berbeda-beda. Ada tanaman umur ekonomis panjang (tahunan) tetapi frekuensi produksi berulang kali seperti kelapa sawit, teh, kopi, kakao, karet dsb dalam siklus umurnya. Sementara ada jenis tanaman yang lain umur ekonomis pendek (musiman) tetapi frekuensi produksinya hanya satu kali kejadian dalam umur ekonomisnya seperti padi, jagung, cabe, singkong, tebu, tembakau dsb. Penilai harus cermat dan cerdas dalam menggunakan pendekatan perhitungan penilaian yang akan digunakan, sehingga nilai yang dihasilkan benar-benar tepat.

GENETIK BAHAN TANAMAN (BIJI/BENIH/BIBIT)

Bahan tanaman memiliki karakter fisik dan non fisik (genetik)yang beragam pada berbagai jenis atau kultivar tanaman. Karakter fisik merupakan sifat fisik yang nampak pada suatu biji. Dalam suatu biji akan terkandung sifat genetik yang beragam yang meyangkut potensi produksinya apabila suatu biji nantinyta akan ditanaman di lapangan.

Biji dari hasil hibride (persilangan) maka akan terdapat kenampakan fisik yang beragam yaitu ukuran, berat, warna dan bernas. Dalam biji yang beragam fisiknya tersebut akan beragam sifat genetik dari kedua induknya. Jadi keragaman disini dari aspek biji maka dipengaruhi oleh keragaman fisik dan genetik.

Keragaman fisik (ukuran biji) akan berpengaruh terhadap stok cadangan makanan untuk aktivitas perkecambahan biji. Cadangan makanan yang cukup akan mensuport optimum bagi perkecambahan generasi tanaman berikutnya dalam perkecambahan biji dan bibit berikutnya.

Sifat genetik suatu benih meliputi kemampuan berproduksi, kualitas produksi dan ketahanan/toleran terhadap cekaman lingkungan yaitu hama, penyakit, kekringan, rendaman,pH dan sebagainya. Keragaman genetik tidak dapat dilihat dengan mudah dan nampak secara fisik pada sutu biji hibride. Kesulitan bagi pengguna benih hibride dalam menilai kualitas genetik sering dimanfaatkan bagi oknum produsen benih untuk melakukan hal-hal yang kurang terpuji yaitu benih dengan sifat genetik yang buruk. Sementara untuk mendapatkan benih hibride yang bermutu/unggul tidak mudah karena membutuhkan biaya, waktu, dan keahlian serta keuletan.

Sebagai contoh benih kelapa sawit dihasilkan dari induk Dura (ibu) disilangkan dengan induk Pisifera (bapak), sehingga menghasilkan biji (anak/F1) yang memiliki sifat Tenera. Tenera memiliki sifat produksi TBS dan rendemen minyak tinggi, sementara kedua induknya (ibu dan bapak) produksinya rendah. Antar Tenera (F1)apabila disilangkan maka hasil keturunan anaknya (F2) akan beragam yang memiliki karakter/sifat 25 % seperti neneknya (Dura), 50 % seperti Bapak-Ibunya (F1) dan 25 % seperti kakeknya. Apabila biji hasil persilangan F2 ini digunakan sebagai bahan tanaman maka secara otomatis akan turun potensi produksinya di lapangan nantinya.

Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini mengawasi produsen benih secara bijak dengan mengeluarkan sertifikasi suatu benih pada kultivar tertentu. Dampak dengan adanya pengawasan dan sertifikasi ini terkadang merugikan juga bagi pengguna (end user) yaitu benih menjadi sangat mahal dan pemalsuan benih.

ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)

Lingkungan tumbuh tanaman ada dua lokasi atau ruang yaitu di dalam tanah (in site) dan di atas permukaan tanah (on site). Ruang di dalam tanah mensuport untuk terutama perkembangan perakaran tanaman sementara di atas tanah mensuport terutama perkembangan batang, daun, bunga dan biji. Pada tanaman tertentu seperti kacang tanah,singkong, kentang dsb tanah akan mensuport juga terutama perkembangan biji dan umbi. Maka dalam hal ini pengurus lapangan akan mengelola lingkungan yang optimal yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga kondisi lingkungan akan mensuport secara maksimal pertumbuhan tanaman.

Unsur-unsur penyusun lingkungan bagi pertumbuhan tanaman dapat di bagi menjadi dua aspek yaitu biotik (bersifat hidup) dan abiotik (bersifat benda mati. Aspek penyusun biotik meliputi:
- Tumbuhan lain (gulma)
- Binatang (hama)
- Mikrobia (penyakit)
- Manusia

Aspek penyusun abiotik meliputi:
- partikel padat/tanah (mineral/unsur-unsur)
- Partikel gas (udara)
- Partikel gelombang (sinar/cahaya)
- Partikel suhu
- Senyawa organik
- Molekul inorganik

(Maaf bersambung yah...)

Rabu, 19 Januari 2011

PENILAIAN TANAMAN (PERKEBUNAN)

Perkembangan ilmu, teknologi dan peradaban umat manusia membawa konsekwensi terjadinya arus transaksi ekonomi global yang semakin deras yang pada muaranya untuk meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan hidup manusia. Berbagai transaksi tersebut tidak terlepas dari aset atau properti yang mendukung kehidupan manusia berupa aset biologi (tanaman) sebagai sumber kehidupan manusia yang tidak dapat digantikan oleh material lain.

Sebelum membahas aset tanaman kami mencoba melihat lebih jauh tentang aset yang berhubungan dengan mahluk hidup. Mahluk hidup yang ada di muka bumi ini terdiri dari manusia (subyek), hewan dan tumbuhan yang ketiganya sering juga disebut mahluk biologis. Mahluk biologis sebagai obyek maka terdiri hewan dan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri antara lain:

- Tumbuh, berkembang dan mati sesuai waktu
- Dapat menghasilkan keturunan (regenerasi)
- Dapat bergerak
- Sensitif terhadap rangsangan lingkungan
- Dan sebagainya

Dalam pemetaan bidang kajian untuk mempermudah pemahaman maka kita mengenal sektor: peternakan, perikanan, dan pertanian.  Dalam hal ini tanaman masuk dalam sektor pertanian yang meliputi: perkebunan, kehutanan, dan pertanian dalam arti sempit (on farming). Tanaman merupakan bagian dari divisio tumbuhan yang telah dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh manusia.

Berdasarkan umurnya maka tanaman dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  • Tanaman semusim (2-4 bulan siklus hidupnya) seperti: bawang merah, padi, jagung, cabe, tomat, kedelai, kacang tanah, terung, timun dan sebagainya.
  • Tanaman setahun (8 - 12 bulan siklus hidupnya) seperti: tebu, singkong, jahe dan sebagainya.
  • Tanaman tahunan (> 12 bulan siklus hidupnya) seperti: kelapa sawit, karet, kakao, kopi, teh, sengon, eucaliptus, akasia, jati, cendana dan sebagainya.
Berdasarkan tipe umurnya maka suatu tanaman memiliki umur ekonomis, umur ekologis dan umur fisiologis. Umur ekonomis suatu tanaman karena sebagai objek manusia yaitu dimanfaatkan oleh manusia karena memiliki nilai ekonomi sehingga dimana umurnya memiliki ekonomi yang tinggi maka pada saat itu tanaman harus ditutup usianya atau dimanfaatkan. Umur ekologis merupakan umur tanaman karena mati yang disebabkan oleh tekanan lingkungan seperti kekeringan, tergenang, kekurangan nutrisi, kebakaran, terserang hama dan penyakit.Umur fisiologis merupakan umur potensial apabila tanaman tidak mengalami gangguan dari luar dirinya yaitu cekaman lingkungan. Sebagai contoh umur ekonomis tanaman kelapa sawit 25 tahun, umur ekologis bisa lebih atau kurang dari 25 tahun dan umur fisiologis lebih dari 25 tahun.

Berdasarkan bagian/organ tubuh yang dimanfaatkannya maka tanaman dapat dimanfaatkan: akar, batang, daun, bunga, biji, kandungan bioaktifnya atau kombinasi organ-organ lainnya. Berdasarkan kematangan reproduksi maka tanaman pada fase vegetatif (pertumbuhan akar, batang dan daun) dan vase generatif (pertumbuhan bunga, buah dan biji).

Berdasarkan tingkat kesulitan budidayanya (resikonya) maka ada tanaman dengan tingkat budidayanya sangat rumit dan sulit, sedang dan mudah.


Untuk melakukan penilaian tanaman maka sesuai Standar Penilaian Indonesia (SPI) ada 3 metode/ pendekatan perhitungannya yang mungkin dapat diterapkannya yaitu: Data Pasar, Biaya dan Pendapatan. Yang jadi pertanyaan adalah:
  • Karakteristik setiap tanaman berbeda-beda sesuai umur dan faktor resikonya
  • Kondisi atau stadia atau fase tanaman berbeda-beda pada suatu waktu yaitu fase vegetatif dan generatif
  • Nilai manfaat tanaman berbeda pada masing-masing fase umur dan tingkat resikonya.
  • Perkembangan tanaman dan tingkat resiko tanaman berbeda-beda terhadap musimnya yaitu musim kemarau dan hujan.
  • Kondisi tanaman setiap waktu akan berbeda-beda tergantung dari kondisi lingkungan.
  • Respon negatif dan positif tanaman terhadap lingkungan relatif lama
Sementara sebagai penilai dihadapkan dengan 3 pendekatan yang paling sesuai dapat diterapkan sehingga akan mendapatkan suatu nilai pasar sesuai dengan tujuan penilaian.

Oleh karena itu penilai harus jeli dan cerdas memahami hal tersebut, sehingga tidak terjebak dengan potensi nilai yang tinggi atau rendah yang sebenarnya tidak mungkin dapat dicapai atau mudah dicapainya. Penilai juga tidak terjebak dengan pendekatan metode hitungan dengan asumsi parameter-parameter penyusun struktur suatu nilai, karena kondisi karakteristik tanaman berbeda-beda sesuai umur, lingkungan, pengelolaan dan bibit.

Kita ketahui bahwa produksi suatu tanaman merupakan fungsi dari Genetik, Lingkunga, dan Manajemen. yang dapat dirumuskan:

            P = G + E + M

P = produksi tanaman
G = Genetic (sifat benih/bibit)
E = Enviroment/Lingkungan (tanah dan iklim)
M = Manajemen (manusia, alat dan bahan-bahan produksi)

(Maaf bersambung yah....)


APPRAISAL OF PLANT (PLANTATION)

The development science, technology and civilization of mankind to bring the consequences of current global economic transactions increasingly heavy on the estuary to improve the satisfaction and happiness of human life. Various transactions can not be separated from the assets or properties that support human life in the form of biological assets (plants) as a source of human life that can not be replaced by other materials.

Before discussing our plant assets to try to see more info on assets associated with living things. Living creatures that exist on earth consists of humans (subjects), animals and plants are often called biological creatures. Biological beings as objects then consist of animals and plants that have characteristics include:

- Grow, grow and die on your time
- Able to produce offspring (regeneration)
- Can move
- Sensitive to environmental stimuli
- And so on

In mapping the field of study to facilitate the understanding then we know the sectors: livestock, fisheries, and agriculture. In this case the plants included in the agriculture sector which include: agriculture, forestry, and agriculture in the strict sense (on farming). Plants are part of the divisio plants have been cultivated and utilized by humans.

Based on his age, the plants can be grouped as follows:
Seasonal crops (2-4 month life cycle) such as: onion, rice, corn, chili, tomato, soybean, peanut, eggplant, cucumber and so forth.

Crop year (8-12 months of their life cycle) such as: sugarcane, cassava, ginger and so forth.
Annual plants (> 12 months of their life cycle) such as: oil palm, rubber, cocoa, coffee, tea, sengon, eucaliptus, acacia, teak, sandalwood and so forth.

Based on his age, the type of plant has an economic life, the age of ecological and physiological age. Economic life of a plant because as human object that is utilized by humans because it has economic value, so that where their age has a high economic then at that time the plant should be closed or taken advantage of her age. Ecological age is the age of the plant because of death caused by environmental stresses such as drought, inundation, nutritional deficiencies, fire, pests and physiological penyakit.Umur a potential age when the plants are not susceptible to interference from outside himself that is environmental stress. As an example of the economic life of 25 years of oil palm plantations, ecological age could be more or less than 25 years and physiological age over 25 years.

Based on part / organ of the body that utilization of the plant can be utilized: roots, stems, leaves, flowers, seeds, or a combination of its bioactive content of other organs. Based on the reproductive maturity of the plants in the vegetative phase (the growth of roots, stems and leaves) and vase generative (growth of flowers, fruits and seeds).

Based on the difficulty level of cultivation (the risk) then there are plants with the level of cultivation is very complicated and difficult, moderate and easy.

To assess the plant according to Standard Penilaian Indonesia (SPI), there are 3 methods / approaches that may be applied calculations are: Market Data, Cost and Income.

The question is:
  • The characteristics of each plant varies according to age and risk factors
  • Condition or stage or phase of different crops at a time that is phase vegetative and generative.
  • Value of different plant benefits at each phase of the age and level of risk.
  • The development of crop and levels of risk vary on seasons namely dry and rainy seasons.
  • The condition of the plants each time will vary depending on environmental conditions.
  • Negative and positive responses of plants to the environment is relatively long.
    While the appraiser are faced with 3 the most appropriate approach can be applied so that will have a market value in accordance with objective assessment.

    Therefore, assessors should be observant and intelligent to understand it, so do not get stuck with a potential value of high or low is actually impossible to achieve or easily achieved. Appraisers also do not get stuck with the approach of the count method with the assumption that the parameters of constituent structure of a value, because the condition of the plant characteristics vary according to age, environment, management and seeds.

    We know that the production of a crop is a function of genetics, Lingkunga, and Management.
    which can be formulated:

    P = G + E + M

    P = production plant
    G = Genetic (nature of the seed / seedling)
    E = Environment / Environment (soil and climate)
    M = Management (personnel, equipment and materials production)

    (Sorry to be continued well ....)

Selasa, 11 Januari 2011

Menanam Tomat

Mengapa tomat?
  • Tomat merupakan tanaman semusim umur ekonomis sekitar 3 bulan (umur pendek)
  • Tomat dapat tumbuh dengan baik di range tinggi tempat yang luas yaitu lahan dataran rendah (low land), sedang (middle land) and tinggi (up land) yang sesuai kultivar tomat atau jenis tomat.
  • Tomat cepat berbuah yaitu umur 45 hst sudah memulai berbunga di lapangan
  • Produksi buah segar tinggi yaitu hasil rata-rata petani 12 - 13 ton/ha/musim tanam, potensi penelitian dapat mencapai 50 ton/ha/musim tanam sedangkan di amerika potensi dapat mencapai 100 ton/ha/musim tanam
  • Cepat mendatangkan income (nilai produksi) yaitu umur 70 hari sudah berbuah
  • Nilai pendapatan (income) cukup tinggi apabila harga Rp 4.000/kg, produksi 13 ton, maka income Rp 52 Juta/Ha per musim (3 bulan), jadi potensi income Rp 208 juta/ha/tahun. coba bandingkan dengan komoditi lainnya.
  • Buah tomat banyak mengandung gizi berupa vitamin, mineral dan bioaktif
  • Buah tomat digunakan sebagai sayur, buah dan terapi kesehatan
  • Mudah melakukan perawatan terutama pada musim kemarau
  • Tomat segar dapat dikeringkan dengan rendemen sekitar 5 - 10 % 
Bagaimana memilih jenis unggul tomat?
  • Jumlah kultivar/subspesies tomat sangat banyak sekali hingga ratusan kultivar
  • Untuk memudahkan maka banyak mengklasifikasikan berdasarkan penggunaan dan bentuk fisiknya yaitu: tomat untuk sayur, tomat untuk buah, tomat untuk saus, dan tomat chery.
  • Pemilihan jenis ungul tomat berdasarkan tujuan dari budidaya (market) dan lokasi lahan yang akan ditanami.
Bagimana cara menanamnya?
  • Menanam tomat dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana hingga cara yang paling modern (canggih) sesuai dengan tujuan dari penanaman, skala/modal dan market.
  • Cara penanaman tomat yang paling sederhana pada musim kemarau dan biasanya dilakukan seperti petani gurem pada umumnya biasanya untuk market/pasar tradisional, serta mutu produksi kurang baik
  • Cara yang paling modern dengan  green house modern yaitu green house dengan desain digital atau mekanik, yang penanamannya dapat sepanjang musim dan hasilnya untuk tujuan ekspor.
  • Cara modern bisa dilakukan dengan produksi tomat organik yang bermutu tinggi.
Bagaimana tahapan menanam tomat?
  • Tahapan menanam tomat identifikasi lahan, pemilihan kultivar, pemilihan cara budidaya, panen dan market.
  • Identifikasi lokasi merupakan kegiatan analisis karakteristik lahan seperti iklim, luas lahan, topografi, sumber air, kesuburan tanah, solum tanah, akses lahan, dan potensi sosial.
  • Pemilihan kultivar disesuaikan dengan tujuan, market dan karakteristik lahan yang akan ditanami tomat.
  • Pemilihan cara budidaya sederhana, menengah atau modern yang terdiri tahapan persemaian, penanaman, dan perawatan.
  • Panen meliputi kegiatan petik, pengumpulan, pengepakan, dan penyimpanan sementara atau transportasi pengiriman ke market.
Identifikasi lahan/tanah

1. Iklim 
  • Mencermati data iklim atau cuaca seperti curah hujan, suhu kelembaban udara dan intensitar sinar matahari
  • Mencermati volume curah hujan, sebaran dan jumlah hari hujan di lokasi lahan
  • Menentukan model dan strategi penanaman tomat di lapangan
2. Luas lahan
  • Mengukur luas lahan total dan luas lahan efektive
  • Menentukan  cara budidaya yaitu sederhana (konvensional), menengah atau modern
  • Menentukan desain penanaman
3. Topografi (maaf bersambung.........)