Selasa, 01 Agustus 2017

ADA APA DENGAN GARAM?

Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan yang namanya garam. Garam dibutuhkan sangat sedikit dalam porsi makanan tapi sekarang harganya selangit. Dengan harga  selangit yang paling merasakan asinnya garam adalah para pengasin ikan, pedagang telur asin, industri makanan, industri CAP, pengeboran, pabrik kertas, penyamak kulit dan seterusnya yang memerlukan bahan garam sebagai bagian dari proses produksinya.

Mengapa garam harus impor?

Garam di negara-negara subtropis/luar negeri berasal dari rock salt atau bukit garam yang terbentuk dari proses alami selama bertahun-tahun mengendap dan terdeposit di lapisan tanah. Sehingga cara perolehan garam dengan cara menambang garam seperti menambang bahan tambang tinggal merngambil di lapisan tanah tertentu selain dari proses penjemuran air laut di meja kristalisasi.

Selain itu usaha ladang garam di subtropis diuntungkan oleh iklim yang curah hujannya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari  NTT salah satu propinsi yang kering dan paling rendah curah hujannya di Indonesia.

Di negara subtropis seperti di India, Cina, Australia dan Amerika Serikat merupakan negara dengan wilayah dari bagian Benua, sehingga potensi lahannya relatif datar. Berbeda dengan Indonesia merupakan negara kepulauan dan gunung berapi sehingga bentang alamnya sangat sempit untuk area pantai yang datar, walaupun garis pantainya terpanjang kedua setelah Kananda, tapi faktor penghambat-penghambat dalam produksi garam sangat banyak seperti curah hujan yang tinggi, slop/kemiringan lahan yang besar, sumber air laut yang mutunya rendah karena aliran air dari darat pada musim hujan, dan banyaknya limbah yang terbuang ke laut.

Untuk negara kita Indonesia rock salt tidak akan dijumpainya mengingat iklim di negara kita yang relatif curah hujannya tinggi sehingga terbentuknya tambang garam (rock salt) akan tidak terjadi. Sementara iklim/curah hujan di daerah subtropis curah hujan sangat rendah berkisar 300 - 500 mm per tahun sementara iklim di indonesia paling rendah 900 mm/tahun di daerah NTT dan curah hujan tertinggi 7.500 mm/tahun di daerah batu raden Jawa Tengah, sehingga dengan demikian daerah-daerah beriklim sub tropis memiliki keunggulan komparatif (tiada duanya) karena di untungkan oleh posisi lokasi di permukaan kulit bumi ini.

Air laut sebagai sumber bahan baku garam di negara-negara sub tropis relatif lebih baik, mengingat kepedulian terhadap pencemaran lingkungan khususnya air yang sangat tinggi, berbeda dengan negara kita Indonesia yang relatif rendah terhadap kepedulian pencemaran lingkungan, bahkan barang-barang rongsok  di impor dari luar negeri yang pada akhirnya akan mencemari air dan lingkungan laut.

Pasang surut di negara kita Indonesia relatif tinggi dengan tunggang pasang bisa mencapai 3 m dpl karena permukaan air laut di negara tropis relatif dekat dengan matahari dan bulan, sehingga pengaruh gravitasi bulan dan matahari akan tinggi dan menimbulkan gelombang pasang air yang tinggi. Hal ini akan berdampak pada pembangunan tambak garam dan pengelolaan garam yang relatif lebih sulit karena adanya infiltrasi air yang akan mudah masuk atau keluar dari kolam tambak garam atau dari luar seperti air pasang dan air hujan.

Adanya gejolak anomali cuaca seperti elnino dan lannina yaitu musim kemarau berkepanjangan dan musim hujan berkepanjangan sehingga adanya dinamaika iklim yang ekstrim dan tidak dapat diprediksi dengan baik, hal ini akan sangat mempengaruhi pengelolaan tambak garam dan produksi garam, seperti sekarang  tahun 2017 ini musim hujan yang berkepanjangan, sehingga produksi garam nasional turun sangat tajam akibat banyak tambak garam nasional yang gagal panen akibat meja kristalisasi kehujanan dan garam tidak terbentuk menjadi cair lagi.

Usaha tambak garam konvensiaonal dengan penjemuran matahari dan terbuka akan membutuhkan lahan yang luas, hal ini akan bersinggungan dengan fungsi-fungsi lahan yang lain seperti parikanan pantai dan laut, pariwisata pantai, akses pelabuhan dan reklamasi pantai. hal ini akan menyulitkan dalam pengediaan lahan sebagai tambak garam.

Usaha dibidang tambak garam menghasilkan yield/revenue yang relatif rendah dengan produksi garam 100 ton/ha/thn dan harga  normal 500 rp/kg di tingkat petani/produsen, sehingga revenue yang diperoleh sebesar  50 juta/ha/thn sehingga usaha ini memiliki profit yang relatif rendah.

Usaha di bidang tambak dikelola di area terbuka tanpa pohon-pohon dan terik matahari yang begitu hebat, sehingga pengelolaannya memerlukan tantangan fisik yang sangat berat yaitu menghadapi terpaan panasnya lingkungan tambak garam, sehingga hasil kinerja tenaga kerja di lapangan relatif rendah karena terpaan panas yang begitu hebat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi produkstifitas garam secara utuh. Berbeda dengan daerah sub tropis, tambak garam akan mengkristal karena dominan terpaan angin , sementara suhu lingkungan (sinar matahari) tidak begitu panas sehinga akan menyamankan tenaga kerja di lapangan.

Usaha tambak garam secara luas hingga 3000 ha, memerlukan mekanisasi dengan penggunaan mesin dalam pengelolaannya, mengingat kita dikejar dengan waktu iklim (musim) hujan yang segera tiba, sehingga memerlukan kedisiplinan yang tinggi. Sehingga mau-tidak mau dengan cara mekanisasi, sementara negara kita pengusaan teknologyinya masih kalah jauh dengan negara subtropis sperti australia, cina, india dan amerika.

Membangun tambak garam di daerah pantai relatif sulit, mengingat area berlumpur, pasang surut dan air bergaram dan banyak binatang perusak tanggul tambak bangsa ketam sehingga banyak hambatan yaitu  sulitnya pengerjaan pembangunan tambak, banyak alat berat yang tenggelam dalam lumpur, menunggu momen surut air laut, dan banyak alat berat yang cepat rusak karena korosi akibat air garam dan tanggul yang bocor. Sehingga bisnis ini tidak banyak disukai oleh banyak petani.

Harga garam import yang relatif lebih murah terutama garam untuk industri dari pada harga garam produksi dalam negeri (lokal), mengingat faktor-faktor produksi garam luar negeri yang relatif murah seperti iklim, slop lahan, bahan baku air laut, dan pengusaan teknologi yang lebih bersahabat.

Apakah garam lokal (dalam negeri) mampu bersaing dengan garam import? fakta yang akan membuktikannya BRO.....










Jumat, 17 Februari 2012

CARA JITU MENGENDALIKAN HAMA & PENYAKIT PADA SENGON



Salam sejahtera kepada para penggemar sengon dimana Anda berada, pada kesempatan ini saya akan memberikan informasi bagaimana cara jitu mengendalikan hama dan penyakit pada sengon yang efektif dan efisien. Kalau anda mengelola sengon akan dihadapkan kepada hambatan-hambatan antara lain serangan hama dan penyakit yang dapat merugikan secara ekonomi apabila tidak dilakukan dengan cermat dan tepat. Mengendalkan hama & penyakit pada sengon sebenarnya mudah dan praktis dilakukan asalkan memahami prinsip-prinsip pengelolaan hama dan penyakit dengan benar, sehingga kerugian produksi dapat dicegah sedini mungkin. Untuk lebih jelasnya bisa anda baca di buku karangan saya yang diterbitkan oleh IPB Press yang anda bisa dapatkan di toko buku gramedia dan toko buku lainnya.

Buku tersebut membahas secara detail dan mudah dipahami  hama dan penyakit pada sengon sebagai berikut:
1. Pentinya pengendalian hama dan penyakit pada sengon
2. Strategi umum mengendalikan hama dan penyakit pada sengon
3. Tahapan mengendalikan hama dan penyakit pada sengon
4. Hama-penyakit utama dan hama-penyakit sekunder pada sengon
5.Cara mengenali gejala serangan, penyebab, perilaku dan cara pengendalian hama dan penyakit pada sengon.

6. Cara mengendalikan hama boktor, penggerek batang, ulat kantong, rayap, tupai, uret dsb
7. Cara mencegah penyakit karat tumor, busuk pangkal batang, penyakit ganoderma, rebah semai, busuk kulit,dsb
8. Mengenal dan memahami pestisida dan alat semprot pada pengendalian HPT pada sengon.

Selamat membaca....



Kamis, 13 Oktober 2011

Pembibitan Sengon Yang Efektif dan Efisien

Pohon sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) atau yang dikenal Albizia merupakan pohon yang memiliki banyak keunggulan, sehingga pohon ini telah tercatat dalam Guinnes Book Of Records sebagai pohon yang memiliki pertumbuhan tercepat di dunia dan sering disebut sebagai pohon ajaib.


Saat ini pohon sengon telah menjadi primadona bagi para petani dan pengusaha sehingga pohon ini telah banyak dibudidayakan baik skala kecil, menengah hingga skala luas (perusahaan). Karena sengon memiliki banyak kelebihan inilah membuat pohon sengon semakin banyak diminati dan memiliki prospek pasar yang semakin baik di masa yang akan datang.

Pembibtan sengon merupakan kegiatan utama dan pertama pada budi daya tanaman kehutanan di lapangan. Kesalahan pembibitan di lapangan akan berdampak jangka panjang dan dapat merugikan secara ekonomi yang cukup besar. Oleh karena itu memerlukan penanganan pembibitan yang cerdas sehingga pembibitan sengon dapat berjalan efektif, efisien dan sangat menguntungkan secara ekonomi. Untuk membahas lebih jauh tentang pembibitan. Kami mempersilahkan Anda membaca "BUKU CARA CERDAS PEMBIBITAN SENGON" yang telah dibuat oleh pemilik blok ini. Buku  tersebut telah diterbitkan oleh Penerbit Kanisius Yogyakarta dan  Anda  dapat memperoleh di toko-toko buku di seluruh Indonesia.

Kelebihan-kelebihan buku tersebut adalah:

  • Buku berisikan dari hasil pengalaman/praktek terbaik penulis selama lebih dari 15 tahun menggeluti tanaman (sengon) yang disajikan secara sistematis, detail dan mudah dipahami.
  • Membahas tahapan pembibitan  sengon dari cara pemilihan benih yang baik (unggul), persemaian, pemeliharaan, seleksi bibit dan pemindahan (transplanting) ke lapangan.
  • Menjelaskan bagaimana menghitung kebutuhan benih, jarak tanam, kebutuhan polibag, air siram, media tanah polibag, plastik polibag dan standar kelas bibit yang dihasilkannya.
  • Menjelaskan bagaimana lokasi pembibitan yang ideal, desain bedengan, persemaian,  dan teknik penyiraman yang efektif dan efisien sehingga sangat menguntungkan  secara ekonomi bagi para  pelaku pembibitan sengon.
  • Para pembeli buku juga akan mendapatkan GRATIS KONSULTASI LANGSUNG DARI PENGARANG BUKU via telepon, sms, atau email dan bila memungkinkan dapat ketemu langsung dengan Pengarang buku tersebut agar lebih jelas dan lebih paham.
  • Para pembeli kolektif > 50 buku dari unsur-unsur Yayasan Keagamaan, Kelompok Tani, Perguruan Tinggi, Perusahaan, dan Organisasi sosial lainnya akan mendapatkan GRATIS PELATIHAN/TRAINING langsung dari Pengarang Buku ini. Hubungi Pengarang Buku ini secara langsung di HP: 081384608800.
Selamat membaca !

Senin, 12 September 2011

BAGAIMANA RESEP MENANAM SENGON BISA PANEN UMUR 2,5 TAHUN ?

Gambar 1. Sengon berumur 2.5 tahun

Kepada pembaca yang budiman, pada kesempatan ini saya akan membagikan ilmu kepada Anda tentang topik "Bagaimana Resep Tanam Sengon 2,5 Tahun Bisa Dipanen?". Bagi anda yang berprofesi dari latar belakang mana saja mungkin belum percaya, atau masih ragu atau bisa juga langsung percaya. Informasi yang akan disampaikan ini tentunya bukan dari khayalan, atau bukan dari studi pustaka, atau bukan dari omongan orang atau bukan dari sumber lainnya, namun berdasarkan pengalaman pribadi mengelola sengon di Jawa timur hingga 150 ha, dan pada saat tulisan ini pertama dibuat dan ditayangkan masih dalam proses pemanenan. Kalau Anda ingin membuktikannya, bimibingan dan melihatnya secara langsung, silahkan menghubungi saya sebagai pembuat blog ini (gambar 1. sengon berumur 2,5 tahun).

Resep ini tentunya hasil dari pengalaman kami mengelola sengon yang dilakukan dengan kreatif, inovatif, inspiratif dan kajian serta pengamatan mendalam dilapangan, sehingga dengan 2,5 tahun sengon yang kami kelola dapat dipanen dan telah laku dijual.

Nah bagaimana resep mengelola sengon yang kami lakukan?

Sebelum kami memberikan informasi lebih jauh, kami akan memberikan sedikit dasar teori tentang produksi tanaman. Tentunya dasar teori sebenarnya merupakan hasil dari pengamatan dan dikaji secara mendalam dari suatu pengalaman yang berhubungan dengan pengelolaan tanaman, kemudian disusun secara sistematis dan telah teruji secara empirik dalam kasanah keilmuan yang obyektif.

Produksi tanaman (P) akan dipengaruhi oleh Genetik (G), Lingkungan (E) dan Manajemen (M). Maka produksi tanaman dapat dirumuskan dengan sederhana adalah:

P = G + E + M

Artinya apa, bahwa produksi merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan mahluk hidup (bahan tanaman), lingkungan alam dan manusia yang mengelola keduanya. Dalam mengelola produksi tanaman tentunya harus memahami karakteristik semua faktor-faktor yang mendukung produksi dan semua faktor-faktor yang menghambat produksi tanaman. Perlu diketahui juga bahwa faktor-faktor pendukung dan penghambat tidak mudah dikelolanya, namun ada sebagian yang dapat dikelola dengan mudah, dikelola dengan sangat sulit dan bahkan tidak dapat dikelola namun hanya bisa diprediksi dan dihindarinya.

Faktor-faktor yang mudah dikelolanya antara lain:
  • Bahan tanaman (bibit)
  • Pengolahan tanah
  • Persiapan dan penanaman
  • Pemupukan
  • Perawatan lainnya
  • Manajemen (sistem, organisasi & SDM)
  • Alat dan bahan produksi (pestisida, pupuk, dan lainnya)

Faktor-faktor yang sulit dan bahkan tidak dapat dikelola dengan baik antara lain:

  • Hama dan penyakit terutama penyakit rebah semai, busuk akar & karat tumor
  • Iklim yang ekstrim (curah hujan, angin, kelembaban, dan intensitas matahari
  • Topografi (lanskap) ekstrim

Nah inilah gambaran ringkas tentang produksi tanaman yang anda harus petakan secara cermat dan cerdas sehingga setiap kegiatan produksi (lapangan) efek positifnya kepada produksi akan maksimal baik jumlah dan kualitasnya.


Sekarang bagaimana cara kita mengelola sengon sehingga dalam 2,5 tahun dapat dipanen dan mendapatkan income yang maksimal. Hal ini tentunya tidak mudah dilaksanakannya namun membutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi yaitu:

  • Penanam/manajemen harus cerdas, cermat, inovatif, kreatif, ulet serta memahami secara utuh tentang mengelola sengon serta memahmi karakteristik faktor-faktor produksi tanaman.

  • Lahan yang akan kita kelola sangat matching (sesuai) dengan kebutuhan optimal tanaman sengon.

  • Iklim (curah hujan, intensitas sinar matahari/cahaya, angin, kelembaban, dan suhu udara) akan mendukung optimal bagi pertumbuhan tanaman sengon.

  • Lingkungan alam lainnya dan sosial mendukung optimal terhadap produksi tanaman. Artinya rendahnya sumber hama dan penyakit tanaman, dan tersedianya tenaga kerja yang terampil dan jujur dan rendahnya penyakit sosial seperti keamanan dan potensi pengrusakan lainnya.

Terus bagaimana tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar sengon cepat panen? Hal-hal yang perlu Anda lakukan adalah:

1. Memilih tanah/lahan yang optimal.

Memilih tanah/lahan yang optimal dilakukan dengan cermat yaitu dari aspek zoning (peruntukan lahan), kesesuaian aspek biofisik yang paling optimal bagi pertumbuhan tanaman sengon, aspek askses atau jalan kelolaksi serta keamanan lingkungan.

2. Mendapatkan bahan tanaman atau benih/bibit unggul

Bahan tanaman (bibit unggul) memerlukan perhatian yang cermat yaitu bahan tanaman harus dari benih yang unggul: potensi produksi tinggi, tahan kekeringan, tahan genangan, tahan hama dan penyakit, tahan pH ekstrim dan salinitas (kadar garam). Anda harus bisa memastikan untuk mendapatkan benih atau bibit yang unggul dengan baik.

3. Menetapkan jarak tanam yang optimal

Jarak tanam merupakan gambaran kepadatan polulasi atau jumlah tegakan pohon per satuan luas (hektar). Dalam menetapkan jarak tanam tentunya tidak serampangan namun berlandaskan kepada performa/potensi keragaan tajuk tanaman, tingkat kesuburan tanahnya,desain/pola tanam, desain manajemen panen atau sistem panen yang akan direncanakan di masa yang kan datang serta optimasi tebang pilih. Anda dapat membaca artikel tentang jarak tanam di blog ini

4. Melakukan persiapan tanam yang baik

Persiapan tanam merupakan kegiatan untuk mendukung proses penanaman dan pertumbuhan pasca tanam sehingga didapatkan proses tanam yang efektif dan efisien, sulam yang rendah, konsolidasi pasca tanam yang ringan dan pertumbuhan awal sengon maksimal (subur). Persiapan tanam dapat dilakukan dengan berbagai cara dan tujuan yang akan ditetapkan, namun muaranya kegiatan ini mengantarkan proses tanam dan pasca tanam yang terbaik hasilnya dan biaya yang wajar (tidak boros).

Persiapan tanam meliputi kegiatan-kegiatan: pembangunan akses jalan & jembatan, pembuatan saluran irigasi, drainase & rorak, pengolahan tanah, pemancangan, pembuatan lubang, penaburan pestisida & pupuk dasar. Semua kegiatan ini harus kulaitas dan jumlahnya standar sesuai target waktu yang direncanakan sesuai musim tanam.

5. Melakukan penanaman yang optimal

Penanaman yang optimal sasarannya adalah jumlah tanaman yang mati sangat rendah, tanaman tegak berdiri pasca tanam, tanaman tumbuh subur, dan biaya efisien. Rendahnya tanaman yang mati dan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam merupakan indikator keberhasilan kegiatan persiapan tanam dan kegiatan penanaman.

6. Melakukan perawatan tanaman yang terbaik

Perawatan tanaman merupakan kegiatan mengelola lingkungan pertanaman sengon sehingga perlakuan tersebut memberi efek positif yang maksimal bagi pertumbuhan tanaman yang subur dan seragam. Kegiatan-kegiatan perawatan adalah: konsolidasi, penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan, perawatan irigasi & drainase, rorak, akses jalan & jembatan, pruning, pengamatan HPT & sensus, pengendalian HPT, dan kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut harus sinergis, sinkron dan saling mendukung sehingga efeknya positif terhadap tanaman dan biaya efisien sesuai target waktu yang direncanakan. Indikator keberhasilan perawatan tanaman sengon dapat tumbuh subur, tegakan jumlahnya maksimal dengan tingkat kematian yang sangat rendah, dan perkembangan diameter batang maksimal dan seragam setta kualitas maksimal sesuai permintaan pasar.


(maaf bersambung yah...)



Rabu, 07 September 2011

HILANGNYA LAHAN PERTANIAN SUBUR: Tidak Makan atau Tidur Tidak Nyenyak...?

Manusia semakin tumbuh dan berkembang baik jumlah dan kualitas hidupnya. Jumlah manusia yang semakin bertambah dipermukaan kulit bumi ini, konsekuensinya membutuhkan jumlah hunian yang semakin bertambah pula. Begitu juga ragam kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan lingkungan yang sehat di sekitar huniannya.

Permukaan kulit bumi relatif konstan, sementara kebutuhan akan ruang hunian akan semakin bertambah sesuai pertumbuhan populasi manusia. Demand (permintaan) ruang kulit bumi yang semakin bertambah sementara supply (permintaan) kulit bumi yang tetap (konstan), sehingga efeknya tanah semakin mahal dari waktu-kewaktu.Konsekuensinya pasti ada pergeseran fungsi lahan dari lahan hutan berubah menjadi lahan pertanian/perkebunan, berubah menjadi lahan pemukiman, industri maupun pertokoan/perkantoran.

Pergeseran tersebut telah, sedang dan akan terjadi hampir di seluruh belahan dunia termasuk lahan pertanian di Indonesia. Bahkan menurut beberapa sumber perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, industri dan perkantoran di Pulau Jawa dengan laju 40.000 ha per tahun. Ini berarti seandainya tidak ada kesadaran manusia untuk mengelola lingkungannya hampir dipastikan Pulau Jawa akan tertanam megalitikum atau kembali jaman batu atau beton cor.

Pulau jawa yang konon dikenal dengan kesuburannya sehingga sebagai sumber penghasil utama hasil pertanian di Kepulauan Nusantara seperti padi (beras, gula dan komoditi lainnya) hampir dipastikan akan mengalami ketidak seimbangan antara daya dukung lahan dan kebutuhannya.

Jakarta contohnya merupakan area yang paling subur di Wilayah Jawa bagian Barat. Bahkan saking suburnya pada beberapa wilayah Jakarta nama komoditi hasil pertanian yang paling banyak dihasilkan tanaman pada daerah itu diabadikan sebagai nama tempat atau wilayah di daerah itu, seperti kebon kacang, pondok cabe, pondok kopi, pondok kelapa, pasar rumput,kebon pala, pondok bambu dan sebagianya. Namun daerah-daerah tersebut sebagai penghasil komoditas pertanian utama hanyalah tinggal kenangan saja, yang ada adalah tanaman batu/beton cor berupa gedung-gedung pencakar langit. Apa mungkin manusia bisa mengembalikan seperti semula...? Omong kosong!

Dalam ilmu tanah untuk pertanian diketahui bahwa proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh: batuan induk, iklim, mahluk hidup dan waktu. Interaksi unsur-unsur tersebut berproses sangat rumit dan berlangsung ribuan tahun yang lalu sehingga membentuk lapisan tanah yang sangat subur seperti tanah-tanah pertanian di Jawa sekarang ini. Proses yang panjang dan rumit tersebut menghasilkan tanah yang subur dan merupakan anugerah dari Allah SWT sebagai karunia untuk manusia dan sebagi nikmat yang harus disyukuri.

Mengingat pembentukan lapisan tanah pertanian dipengaruhi oleh unsur-unsur pembentukan yang kompleks, berbeda dan dalam jangka yang sangat lama, maka hampir dipastikan permukaan kulit bumi memiliki tingkat kesuburan untuk tanaman yang sangat berbeda-beda pula. Keberagaman ini merupakan karunia dan oleh orang sekarang sering dinamakan keunggulan komparatif yaitu keunggulan suatu wilayah yang tak ada duanya dipermukaan kulit bumi lainnya.

Namun sayangnya keunggulan komparatif tersebut yang diberikan oleh Allah SWT telah disia-siakan oleh sebagian umat manusia, khususnya para orang yang memiliki paham duitisme. Lahan-lahan pertanian yang subur dan tidak mungkin tergantikannya di lahap habis untuk hunian dan perkantoran atau industri. Bukankah setiap komoditas/ tanaman memiliki relung atau wilayah tertentu dipermukaan kulit bumi ini, sehingga keberadaannya tidak mungkin dapat dihasilkan sebaik dari daerah lain?

Contohnya kasus tembakau Deli yang konon tembakau ini kualitasnya tidak akan tergantikan apabila dihasilkan dari daerah lain selain wilayah antara sungai Wangfe-Sungai Ular Deli Serdang(Sumatera Utara). Tembakau ini dicoba di Klaten, Jawa Tengah oleh seorang Profesor dari IPB dengan konsep Tembakau Bawah Naungan (TBN) dengan memodifikasi unsur-unsur yang mempengaruhi pertumbuhan (proses fisiologis) tanaman tembakau. Namun ternyata kualitas yang dihasilkannya terutama aroma & rasa tidak akan sebagus yang dihasilkan dari wilayah Deli Serdang Sumatera Utara itu. Namun sekarang wilayah lumbung tembakau Deli telah tergerus hampir habis oleh pengembangan kota menjadi pemukiman dan kawasan industri dsb.

Contoh lain misalnya bawang merah hasil yang terbaik dengan cita rasa aroma rawa bawang goreng yang lezat hanya dihasilkan dari wilayah Brebes, Jawa Tengah. Konon berkat adanya angin kumbang pada musim kemarau sehingga potensi produksi dan kualitas bawang merah semakin meningkat. Begitu pula seperti Salak Pondoh dari Sleman, Yogyakarta, Kopi dari Lampung, Aceh,Sidikalang. Padi jawa, rajalele, ciherang dan sebagainya. Begitu juga rambutan, durian dan sebagainya.

Bukankan itu menandakan bahwa kita tidak seenaknya sendiri merubah keunggulan komparatif tersebut. keunggulan komparatif bagi suatu tanaman terbentuk karena faktor jenis tanah, posisi geografis, topografis lanskap dan iklim yang kesemuanya tidak serta mudah membuatnya.

Oleh karena itu pemetaan komoditas berdasarkan keungulan komparatif wilayah perlu diatur sesuai klaster wilayah dan penggunaan lahan sehingga lahan-lahan subur sebagai sumber kehidupam manusia itu sendiri tidak terberangus habis oleh para pengembang perumahan atau kawasan industri dan perkotaan.

Pengembangan wilayah pemukiman, industri dan perkotaan diarahkan ke wilayah marginal yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan tidak memiliki nilai komoditas pertanian. Pengembangan kota-kota satelit dengan desain mozaik merupakan salah satu alternatif sebagai upaya melindungi lahan-lahan yang memiliki keunggulan komparatif dan subur sebagai penghasil tanaman bagi sumber kehidupan manusia yang tidak tergantikannya.

Selasa, 19 Juli 2011

JABON ATAU SENGON YAH....?

Sejak kayu dari hutan alam semakin menipis dan hampir dipastikan akan habis, satu-satunya alternative untuk mendapatkan kayu tersebut berasal dari kayu hasil budidaya oleh masyarakat. sejak itu berbagai muncul informasi yang menggiurkan tentang bagaimana membudidayakan tanaman tahunan yang berupa kayu itu.

Mungkin kita ingat tentang informasi yang cukup heboh di masa-masa yang lalu seperti bisnis jangkrik, bisnis cacing, bertanam jati, bertanam jarak pagar (jatropha), bertanam sengon (albizia), dan bisnis-bisnis lainnya. Para pakar, peneliti, pengambil keputusan, pedagang, pembeli kayu dan pihak-pihak yang berkepentingan banyak yang membicarakan tentang hal itu. Eforia telah terjadi pada masanya masing-masing.

Kita ingat, pada tahun 1999-an kita juga dihebohkan dengan menanam jati.Kayu jati yang terkenal dengan kekuatan dan dekorasinya serta seratnya yang halus sehingga kayu ini telah menjadi kayu yang dianggap paling unggul dan bernilai tinggi. Namun untuk mendapatkan kayu ini setidaknya kita harus menunggu minimal sepertiga (20 tahun) dari umur kita agar dapat menikmati kayu dari pohon ini.

Pohon jati telah menjadi berita heboh yang sangat menarik dan cukup ramai dibicarakan pada saat itu. Pohon jati dengan berbagai kultivar yang oleh para penemu atau orang yang berkepentingan menggunggulkan pohon ini. Ada yang menggunggullkan jati super, jati emas, jati intan, jati bangkok, jati putih dan sebagainya. Walaupun sekarang katanya telah ditemukan kultivar baru pohon jati yang katanya dapat dipanen sekitar 15 tahun, namun arahnya bagaimana mendapatkan kayu yang bermutu dengan waktu yang relative singkat yaitu pertumbuhannya cepat besar dan cepat dipanen dengan tidak menunggu lama-lama. Eforia jati sekarang telah teggelam dan padam, entah kapan bangkit lagi beritanya.

Pada tahun 2006-an dihebohkan dengan berita penanaman jarak pagar (jatropa)sebagai tanaman penghasil biofuel (bahan bakar nabati/biosolar). Tanaman ini yang terbengkalaikan sebelumnya dan hanya digunakan oleh masyarakat pedesaan sebagai tanaman pembatas pekarangannya dan sempat pada jaman penjajahan Jepang (1942-an) sebagai sebagai sumber pelumas alat-alat perang jepang, tiba-tiba mencuat namanya sebagai sumber bahan bakar yang menjanjikan sebagai penganganti minyak bumi yang hampir dipastikan akan habis.

Tanaman jarak yang dianggap paling tahan terhadap cekaman lingkungan di tanah marginal (miskin)dan sumber daya yang dapat diperbaharui, membuat orang terkesima dan berbondong-bondong untuk menanam pohon jarak ini. Eforia telah terjadi pada saat itu. Bagaimana beritanya sekarang tentang jarak pagar? coba anda tengok sendiri dan buktikan di lapangan atau sekitar anda.

Pada tahun 2008-an demam berita sengon (albizia) mewabah di kalangan masyarakat penggila kayu dan petani sengon. Berita sengon yang dianggap pohon ajaib dan diklaim pohon yang memiliki banyak keunggulan dan dianggap pohon yang telah memiliki pertumbuhan tercepat di dunia, telah diburu beritanya tentang pohon sengon yang sebenarnya mulai dari karakteristik pohon ini, cara budidaya, prospek bisnis dan penjualannya. Berita sengon sekarang sudah mulai padam, bagaikan lampu minyak yang kehabisan bahan bakarnya, sehingga redup lagi.

Sekarang dihebohkan kembali dengan pohon yang bernama jabon. Pohon ini sebenarnya telah lama dikenal dengan baik bagi penggemar perkayuan. Beberapa referensi tahun 1970-an kayu ini telah dibahas dan diketahui banyak tentang ciri-ciri kayu ini. Namun masyarakat katanya belum “ngeh” keberadaan kayu ini untuk kehidupan mereka.

Pihak-pihak yang berkepentingan dari efek heboh atau menghebohkan sesuatu untuk mengambil kepentingan/keuntungan telah meredam heboh sebleumnya dengan membuat heboh baru yang menggiurkan. Berita kayu jabon sekarang ini seolah-olah telah menenggelamkan berita heboh sengon yang sebelumya telah hadir dan masyarakat penggemar kayu telah merasakan pahit dan manisnya kayu sengon. Mereka membanding-bandingkan kelebihan dan kekurangan antara kayu jabon dengan kayu sengon.

Yang terpenting bagi anda yang belum paham dan pernah berkecimpung dengan dunia tanaman harus dicermati dengan cerdas!

Kalau dilihat dari sistematika klasifikasi tumbuhan dalam botani, kedua jenis tumbuhan ini (jabon & sengon) berbeda jauh hubungan kekerabatannya, sehingga hampir dipastikan tanaman ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal kenampakan/ kergaan fisik pohon, respon tanaman terhadap lingkungan, sifat fisik kayu dan sifat fisiologis pohon. Perbedaan-perbedaan ini tentunya tidak bisa dibandingkan secara mutlak antar keduanya.

Hal yang menarik perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:

Jabon

1 Klasifikasi Botani
• Kelompok tanaman penghasil bioaktif
• Kerabat dekat: kopi, mengkudu, soka, dan gambir

2. Lingkungan Tumbuh
• Menghendaki tanah yang lembab.
• Lebih terkonsentrasi pada tanah yang banyak air seperti tepi sungai
• Menempati optimal daerah 15 - 500 m dpl

3. Keragaan Pohon
• Daun lebar dan tajuk berat sehingga sulit ditumpangsarikan dengan tanaman lain
• Bentuk tajuk cenderung oval dan tidak beraturan
• Cabang samping banyak dan tetap mengecil
• Batang utama tetap kuat
• Kulit kayu tebal
• Tahan terhadap cekaman air belebih/tergenang
• Tidak tahan terhadap kekeringan
• Tidak dapat menyuburkan tanah
• Rakus air karena tajuk lebar & berat
• Tahan terhadap goncangan fisik
• Mudah dikembangbiakan dengan stek pucuk
• Persemaian/perkecambahan benih sangat sulit karena ukuran sangat kecil
• Biji bersifat rekalsitran (cepat menurun viabilitas benih)

4. Sifat Kayu
• Berat jenis kayu 300 – 550 kg/m3
• Kelas kuat III - IV
• Kelas awet V


Sengon

1. Klasifikasi Botani
• Kelompok legume (polong-polongan)
• Kerabat dekatnya putri malu, lamtoro, petai gunung, jengkol, kembang merak, trembesi, akasia dsb

2. Lingkungan Tumbuh
• Tanah yang sarang dan agak kering
• Lebih terkonsentrasi pada tanah kandungan air cukup tapi agak kering/atus seperti lereng-lereng bukit
• Menempati optimal daerah 50 – 1000 m dpl

3. Keragaan Pohon
• Daun kecil dan tajuk ringan sehingga mudah ditumpangsarikan dengan tanaman lain
• Bentuk tajuk perisai
• Cabang samping sedikit dan membesar
• Batang utama bisa kalah dengan cabang samping
• Kulit kayu tipis
• Tidak tahan terhadap cekaman air tergenang
• Tahan terhadap kekeringan
• Dapat menyuburkan tanah karena bersimbiosis dengan rizobium penambat nitrogen
• Efisiensi air karena tajuk kecil & ringan
• Tidak tahan terhadap goncangan fisik
• Sangat sulit dikembangkan dengan stek pucuk
• Perkecambahan/persemaian benih sangat mudah karena ukuran sedang
• Biji bersifat dorman (tahan lama viabilitas benih)

4. Sifat Kayu
• Berat jenis kayu 250 – 350 kg/m3
• Kelas kuat IV
• Kelas awet IV

Apabila kita cermati kedua pohon itu maka sebenarnya berbeda dari sananya. Artinya apa tuhan telah menciptakan kedua pohon ini pada relung dan fungsi yang berbeda untuk kepentingan manusia. Dengan demikian maka membandingkan antara pohon jabon dengan sengon akan mengalami kesulitan ibaratnya membandingkan antara JUARA SEORANG PELARI vs JUARA SEORANG PERENANG. Apabila kedua juara tersebut dibandingkan pada lokasi yang sama maka keduanya pasti ada yang kalah karena karakteristik lokasi (lahan) yang dikehendaki berbeda.

Hal ini seperti anda menghendaki antara juara pelari dan juara perenang yang ditandingkan bersama-sama di jalan atau di sungai. Apabila pertandingan disungai hampir dipastikan yang paling cepat adalah perenang, demikian pula apabila ditandingkan di jalan maka yang paling cepat adalah pelari.

Hal yang mesti anda pikirkan adalah lahan anda termasuk tipe seperti jalan atau seperti sungai atau kedua-duanya…..?

Bagaimana 3-5 tahun ke depan apakah ada berita heboh lagi tentang tanaman? jawabnya HAMPIR PASTI ADA!


(maaf bersambung…..)

Minggu, 24 April 2011

ULAT BULU ...........(1)

HEBOH ULAT BULU?

Ulat bulu telah menghiasi berita di media cetak, dan elektronik akhir-akhir ini. Ulat yang konon tidak pernah diperhitungkan sebagai ulat berbahaya dalam menyerang tanaman pada system perlindungan tanaman di Idonesia, tiba-tiba mencuat bagaikan meteor melesat di langit biru sehingga orang terkesima dan bertanya ada apa sih dengan ulat bulu?

Ulat yang ditakuti oleh manusia karena mempunyai racun pada bulunya yang membuat kulit gatal dan bentol-bentol, telah meledak populasinya pertama kali pada pohon mangga di Probolinggo, Jawa Timur, dan sekarang telah menyebar hampir ke seluruh kota/kabupaten di Pulau Jawa, Bali , NTT dan Sumatera.

Ulat bulu telah menghentakan para ahli serangga (entomog) dan ahli proteksi tanaman. Ulat yang tidak dipikirkan populasinya bakal meledak sebelumnya, tiba-tiba ada dalam jumlah sangat banyak di suatu wilayah, bagaikan munculnya laron atau anai-anai di musim hujan. Semua orang pun menjadi heran, mengapa tiba-tiba ulat itu ada? Kejadian ini tentunya memancing banyak tanggapan dari berbagai pihak sesuai dengan latar belakang dan prorfesi mereka.

Berbagai tangapan ada yang pro menyalahkan manusia sendiri akibat tindakannya yang selalu merusak lingkungan, ada pula yang menyalahkan perubahan iklim sehingga mendukung perkembangan ulat bulu, ada lagi karena ulah manusia yang selalu berbuat tidak terpuji atau maksiat, atau ulat bulu adalah kiriman Tuhan sebagai peringatan atas perbuatan manusia yang kurang beradab di muka bumi ini dan berbagai tanggapan lainnya.

Bagi orang awam tentunya ledakan ulat bulu kali ini mungkin tidak masuk akal, karena tiba-tiba ada dalam jumlah sangat banyak dan merayap masuk kerumah-rumah, tempat ibadah, sekolahan, dan tempat-tempat lainnya yang menjadi hunian manusia.

Mereka merasa ketakutan dengan kedatangan ulat bulu di rumah-rumah dan fasilitas umum karena ulat bulu membuat gatal dan bentol serta pedih di kulit. Ulat ini juga bentuk dan warnanya menjijikan dan menakutkan bagi yang menjumpainya.

Rasa takut terhadap ulat bulu sebenarnya dapat menguntungkan bagi ulat itu dan juga bisa membahayakannya.

Hal yang menguntungkan bagi ulat bulu adalah mereka tidak akan berani membunuh ulat atau masuk kawasan pohon-pohon yang berpotensi menjadi tempat hidup (inang) ulat bulu, sehingga pohon-pohon aman tidak dirusaknya. Namun disisi lain ada sebagian orang yang membenci ulat bulu sehingga mereka merasa dendam yang berlebihan (membabi buta), sehingga setiap ada ulat bulu dan ulat yang lain atau kupu-kupu atau pohon tempat hidupnya pasti akan membunuhnya atau merusaknya.

Hal yang mengherankan lagi adalah ternyata ulat bulu yang menyerang tiap daerah jenisnya berbeda-beda dan menyerang pohon yang berbeda-beda pula. Ulat bulu yang menyerang beberapa daerah di Indonesia diketahui dari family Limantriidae dari ordo Lepidoptera atau bangsa ngengat (kupu-kupu).

Pohon yang diserang juga berbeda-beda jenisnya seperti mangga, alpukat, cemara, sono keling, ketepeng, mindi dan semak-semak lainnya. Tempat ledakannya juga sebagian besar tempat-tempat seperti pohon peneduh rumah, pohon peneduh jalan, taman umum, dan semak-semak yang tidak terurus.

Ulat bulu dipandang dari kacamata entomologi (ilmu serangga) tentunya tidak akan datang secara tiba-tiba. Ulat bulu akan datang atau berkembangbiak melalui proses yang cukup panjang. Proses perkembangan ulat bulu diawali dari ngengat (kupu-kupu) yang bertelur di pohon-pohon inangnya. Telur kemudian akan menetas menjadi ulat, selanjutnya ulat akan tumbuh menjadi besar dengan berganti kulit beberapa kali. Setelah ulat sudah besar, maka akan berubah menjadi kepompong, selanjutnya berubah lagi menjadi kupu-kupu dan seterusnya.

Bagi ulat bulu sendiri tentunya mereka tidak berencana menyerang manusia atau hak milik manusia. Meraka adalah sedang menjalankan fitrah kehidupannya di muka bumi ini tanpa memperhatikan hak siapa yang berkuasa di bumi ini. Mereka berkembang menggunakan naluri dan proses biologis dengan interaksi lingkungan. Kemudian apakah ulat bulu yang salah? atau manusianya yang salah?

Mengapa masyarakat, ahli etomolog, PPL, Dinas Pertanian dan lembaga yang terkait sampai tidak tahu sehingga sempat terjadi ledakan ulat bulu yang begitu luar biasa?

(Maaf bersambung....)